Mimpi dan Mati
Karya Dirham
Damara
Saduran Cerita "Rarabi" karya Asep Sunandar Sunarya
TOKOH
DARPA, kakak tibra
TIBRA, adik darpa
SARKARA, putri bangsawan
PAMAN, paman sarkara bernama arnawarma
KAKAK, kakak sarkara bernama gantari
BAPAK, bapak darpa
IBU, ibu darpa
AYAH, ayah sarkara
Pembunuh1
Pembunuh2
LATAR 1
(Dalam
ruang tamu keluarga yang sederhana.)
IBU
pak ibu khawatir.
BAPAK
khawatir kenapa bu?
IBU
anak kita pak.
BAPAK
memangnya kenapa dengan anak kita?
IBU
darpa, kalau ibu perhatikan akhir-akhir ini dia selalu murung, sesekali dia
mengeluarkan air matanya. Ibu khawatir terjadi sesuatu
BAPAK
darpa?
IBU
iya
(datang
tibra ke ruangan itu)
BAPAK
nah ini ada tibra, coba kita tanyakan saja padanya bu.
TIBRA
ada apa pak, bu? Mengapa terlihat serius sekali? apa ada masalah?
IBU
iya nak. Kakak mu
TIBRA
kenapa dengan kakak?
IBU
akhir-akhir ini kalau ibu perhatikan, kakakmu murung saja kerjannya. Ibu khawatir
terjadi sesuatu pada kakakmu nak.
TIBRA
iya bu, kalau tibra liat juga memang seperti itu. Tibra pernah menanyakan
keadaannya. Kakak hanya senyum dan menggelengkan kepala. Kenapa yah kakak?
IBU
pak. Tolong lakukan sesuatu pak. Kasian darpa
TIBRA
iya pak. Bukankah bapak sering nasihati kepada kami, kalau keluarga kita harus
kompak dan saling membantu.
BAPAK
Dimana sekarang darpa bu?
IBU
di kamarnya pak
BAPAK
tibra, coba panggil kakakmu. Bilang bapak ingin bicara dengannya.
TIBRA
baik pak
(tibra
pergi dan memangil kakanya)
IBU
apa akan baik-baik saja pak?
BAPAK
ibu tenang saja. Kita tanyakan dulu saja kepada darpa apa yang sebenarnya
sedang terjadi padanya.
(darpa
dan tibra datang menghampiri)
BAPAK
kemari nak bapak ingin bicara dengan kamu
IBU
iya nak kemari. Kenapa kau akhir-akhir ini sering sekali melamun? Sini nak.
DARPA
iya pa.
BAPAK
kenapa kamu nak? Kenapa melamun saja? Cerita sama bapak apa masalah kamu?
Barangkali kamu ingin sesuatu, bilang sama bapak! Memang kita keluarga susah
tapi mungkin bapak bisa mengusahakan
sesuatu untuk kamu.
IBU
apa yang pikirkan darpa? Ibu sungguh khawatir dengan keadaan kamu.
TIBRA
iya kak. kakak kenapa? Mungkin adikmu ini bisa melakukan sesuatu untukmu.
DARPA
pak, bu saya ini sedang ada masalah tapi saya sendiri tidak tau apa sebenarnya
yang saya sedang hadapi.
IBU
kenapa?
BAPAK
coba kamu ceritakan! Janganlah kamu pendam sendiri masalah yang ada. Kita ini
keluarga. Apapun yang kita bisa lakukan, sebisa mungkin pasti akan kita
usahakan. Terlebih aku ini bapakmu nak. Sudah menjadi tanggungjawab bapak
sebagai orangtua untuk dapat membahagiakan kamu.
DARPA
aku jatuh cinta pak.
TIBRA
oh kakak lagi kasmaran
BAPAK
ahahahahahaha… jadi itu nak. Yah bapak paham, usia kamu memang sudah pantas
untuk menikah. Bapak akan usahakan dengan apa yang kita miliki sekarang agar
bisa melamar dan menikahkan kamu dengan wanita pujaan kamu.
IBU
ibu juga sudah tidak sabar ingin menimang cucu
DARPA
tapi
BAPAK
sudah tidak apa-apa nak. Sudah menjadi tanggungjawab bapak untuk menikahkan
kamu. Memang siapa wanita yang sedang kamu pikirkan itu?
DARPA
tapi
IBU
sudah nak. Ibu sedih belum bisa bahagiakan kamu sejak kecil. Sudah tak apa. Ibu
ingin kenal dengan wanita itu nak.
DARPA
tapi bukan hanya itu masalahnya.
BAPAK
lalu apa?
DARPA
biarkan aku selesai bercerita dahulu. Memang aku sedang jatuh cinta tetapi ini
sulit pak, bu.
BAPAK
baik ceritakan nak
DARPA
sudah satu minggu ini aku bermimpi, dan mimpi itu selalu sama setiap malamnya.
saya bertemu wanita yang sangat cantik, cantik sekali. Dia bernama sarkara. Dalam mimpi itu kita
saling mencintai. Entah kenapa aku yakin sekali bahwa ini bukan hanya sekedar
mimpi biasa. Aku yakin ini benar-benar jodoh yang diberikan mahagusti untuk aku
pak.
BAPAK
lalu?
DARPA
dalam mimpi itu dia juga bilang tidak akan punya suami kalo bukan sama aku pak.
BAPAK
siapa tadi nama perempuannya?
DARPA
sarkara pak
BAPAK
lalu apa yang ingin kamu lakukan?
DARPA
aku mohon pamit pak. aku mau mencari sarkara
BAPAK
cari kemana?
IBU
iya nak. Kamu mau mencarinya kemana?
BAPAK
sadar darpa! Kita ini orang susah, wajar jika kamu memimpikan calon istri yang
cantik dan kayaraya tapi kita harus sadar diri. Buka mata kamu darpa.
DARPA
ngerti
pak, aku juga sadar diri kalau aku ini buruk rupa. Tapi gimana pak. Aku akan
usaha dulu pak. Aku mau cari sarkara.
BAPAK
sudahlah darpa, kalau kamu memang ingin menikah, cari saja wanita di desa sini.
Tidak usah jauh-jauh kamu mencari. Apalagi hanya lewat mimpi.
DARPA
maaf pak, tekad aku sudah bulat. Biarpun sulit, aku tetap akan mencari sarkara
BAPAK
darpa! Jangan buat malu bapak! Pasti akan banyak orang menyangka kamu sudah
gila. Sadar … sadar !
(Sambil
bersimpuh di pangkuan bapaknya)
DARPA
maaf pak, maaf.. iya darpa sadar. Darpa memang bukan siapa-siapa. Hidup darpa memang
susah. Kerjaan darpa juga tidak jelas. Wajah buruk rupa. Tapi mau bagaimana
pak? Hati, namanya juga hati, biar bagaimana juga susah untuk diobati. Maaf
bila memang nanti bikin malu bapak. Darpa tetap akan pergi pak. Darpa tidak
akan kembali sebelum bertemu dan menikah dengan sarkara.
BAPAK
pergi kamu! Bikin malu keluarga. Pergi
DARPA
iya pak. Saya mohon do’anya dari bapak sama ibu.
BAPAK
pergi!
IBU
pak…
BAPAK
sudah diam bu, biarkan dia pergi
DARPA
bu, maaf darpa harus pergi. Tibra titip bapak sama ibu. Tolong jaga mereka.
Gantikan tugas kakak dirumah ini.
TIBRA
kak
BAPAK
pergi!
DARPA
saya pamit pak, bu.
(Darpa
pergi dari rumah)
TIBRA
wah pak, bu. Benar saja tuh kakak pergi. Sampai tasnya pun sudah disiapkan
BAPAK
biar. Biarkan saja dia pergi. Bikin malu
TIBRA
maaf nih pak. Bapak sayang sama anak tidak?
BAPAK
sayang
TIBRA
anak sedang ada masalah kenapa malah bapak usir?
BAPAK
kenapa kamu bertanya seperti itu? Dia yang ingin pergi. Tidak sadar diri.
TIBRA
bapak yang tidak sadar diri.
BAPAK
maksud kamu?
TIBRA
memang turunan siapa darpa itu, makanya bisa sampai seperti itu?
BAPAK
ya sama seperti kamu. Turunan bapak, anak bapak
TIBRA
nah bener berarti bapak yang tidak sadar diri. Maaf nih pak tibra mau tanya,
bapak itu ganteng apa engga?
BAPAK
ya bapak sadar diri, memang bapak jelek
TIBRA
lalu bapak menikah dengan siapa?
BAPAK
ya ibu kamu
TIBRA
ibu cantik atau tidak?
BAPAK
cantik
TIBRA
nah, bapak masih belum sadar? sama darpa juga seperti itu pak. Bapak dulu juga
pernah cerita kalo bapak sering memimpikan ibu sewaktu belum menikah. Masih
belum sadar juga bapak?
BAPAK
tapi ini berbeda tibra. Memang bapak sering memimpikan ibu kamu tapi bapak
sudah pernah bertemu dengan ibu kamu sebelumnya.
TIBRA
ya paling tidak bantu lah kakak. Jangan main usir begitu saja.
BAPAK
kamu mau membela kakak kamu?
TIBRA
iya lah pak. Kasihan kakak. Anak sendiri lagi ada masalah, kok malah diusir!
BAPAK
pergi kamu! Ikuti sana kakak kamu. Sama saja kamu dengan kakakmu. Pergi!
TIBRA
bapak ngusir tidra juga?
BAPAK
pergi!
TIBRA
baik. Tibra akan pergi. Untuk apa tibra hanya berdiam diri disini. Lebih baik
tibra membantu kakak. Ibu, maaf tibra tidak bisa membantu ibu. Tibra ingin
menemani kakak bu.
IBU
jngan pergi nak
TIBRA
maaf bu.
BAPAK
pergi!
(tibra
pergi menyusul kakaknya)
IBU
aduh pak. Kita ditinggal sama kedua anak kita. Kedua jagoan kita. Apa
sebenarnya yang bapak pikirkan? Hingga kedua anak kita bapak usir?
BAPAK
hahahahaha
IBU
loh kenapa bapak tertawa bukankah bapak sedang marah?
BAPAK
tidak bu, bapak tidak marah. Ini cara bapak. biarkan saja mereka. Ibu tidak
perlu khawatir.
IBU
bagaimana tidak khawatir. Mereka itu
lahir dari rahimku pak
BAPAK
iya bapak mengerti. Biar saja bu. Bapak yakin dengan kemampuan mereka. Darpa
memang buruk rupa tapi darpa itu cerdas bu. Sedangkan tibra, dia pandai
berkomunikasi dan mudah bergaul dengan siapapun. Mereka pasti bisa melewati
semua ini.
IBU
lalu maksud bapak mengusir mereka?
BAPAK
supaya
mereka mandiri bu. kalau manusia awalnya mengalami kesulitan, nantinya akan
dapat kemudahan. Biar saja, agar mereka berlajar tentang hidup. Mereka harus
bisa mandiri. Dengan cara ini bapak yakin akan melatih kemampuan mereka,
kemandirian mereka.
IBU
jadi bapak tidak benar-benar marah kepada mereka?
BAPAK
hahahahaha. Tidak bu. kalau darpa berhasil menemukan jodohnya pasti bapak akan
senang sekali.
IBU
tapi pak ibu khawatir kalau darpa sampai ditolak oleh calon mertuanya
BAPAK
kalau sampai itu terjadi bapak akan langsung turun tangan. Untuk sekarang
biarkan darpa berusaha semampunya. Sudah sekarang ibu tidak perlu khawatir lagi
ya.
IBU
iya pak. Ibu percaya sama bapak.
LATAR 2
(Dalam
perjalanan darpa)
DARPA sarka… Dimana
kamu berada? Ga jelas dimana kamu berada. Hanya yang jelas kamu bernama sarkara
putri bangsawan. Ibu maaf saya tidak bisa menbantu ibu lagi. Bapak, ga.. darpa
ga sakit hati sama sekali diusir sama bapak, aku mengerti watak bapak, pasti
ini cara bapak agar membuat darpa lebih dewasa (berbicara dalam hati dalam perjalanannya)
TIBRA
kak! Kakak!(memanggil)
DARPA
(menoleh)
TIBRA
kakak tunggu! (berteriak)
(tibra
menghampiri kakaknya)
DARPA
ada apa? Buat apa kau mengikuti aku tibra?
TIBRA
(menghela nafas) Tibra ikut. Tibra
ingin menemani kakak
DARPA
jangan! Kasihan bapak dan ibu. mereka sudah tua. Kalau kamu ikut, siapa yang
akan membantu mereka mengambil air dan kayu bakar untuk memasak?
TIBRA
begini kak. tibra diusir juga sama bapak kak.
DARPA
diusir? Sudahlah kamu pulang sana. Kasihan bapak dan ibu.
TIBRA
tidak kak. Tibra ingin menemani kakak saja mencari sarkara.
DARPA
kakak bisa sendiri tibra, tidak perlu kamu menemani kakak.
TIBRA
tidak kak.
DARPA
hah.. ya sudahlah. Eh memangnya kengapa kamu sampai diusir bapak? Coba cerita
ke kakak!
TIBRA
setelah kakak pergi tibra sempat berdebat dengan bapak
DARPA
hah? Berdebat? Berdebat soal apa? …
TIBRA
itu ada tempat kak. Kita duduk disana saja. (mereka
duduk di bangku ) begini kak. Setelah kakak pergi tibra bertanya pada bapak
“bapak sadar tidak? Darpa itu keturunan siapa?”
DARPA
lalu?
TIBRA
darpa kan keturunan bapak. Makanya darpa seperti itu, sama seperti bapak. Bapak
dulu juga pernah cerita kalau bertemu ibu lewat mimpi. Nah sekarang juga sama
pak kejadiannya.
DARPA
kamu bicaranya sambil marah?
TIBRA
iya kak
DARPA
tidak boleh seperti itu tibra. Biar bagaimanapun mereka itu orang tua kita.
Kita harus tetap hormat padanya.
TIBRA
habis darpa kesal kak.
DARPA
lalu?
TIBRA
bapak marah kak. Trus bapak sambil teriak bilang “pergi kamu, sama saja kamu
seperti kakak kamu. Pergi!”
DARPA
ya jelas bapak marah. Orang kamu sudah kurang ajar sama orang tua.
TIBRA
tapi menurut tibra, tibra mengatakan suatu hal yang benar kak.
DARPA
iya, tapi cara penyampaian kamu kurang tepat tibra.
(ada
dua orang asing mendekat ke darpa dan tibra)
PAMAN
sudah tiga hari mencari tidak ada hasilnya
KAKAK
iya paman. Sepertinya memang mustahil.
PAMAN
eh. Ada orang disana. Ayo kita kesana.
(menghampiri
darpa dan tibra)
PAMAN
& KAKAK hahahahahahaha
TIBRA
kak. Ini orang kenapa. Melihat kita langsung tertawa
DARPA
tidak tau. Sepertinya menertawakan aku tibra.
TIBRA
ada yang bisa kami bantu tuan?
PAMAN
hahahahaha… aduh maaf nak. Saya tidak bisa menahan tawa. Maaf.. hahaha
TIBRA
iya tidak apa-apa. Tapi tuan memang menertawakan apa?
PAMAN
hahaha… (mulai berhenti tertawanya)
itu disamping kamu siapa?
KAKAK
iya, siapa orang dekat kamu itu?
TIBRA
ini kakak saya tuan. Memang kenapa?
KAKAK
kenapa tidak mirip?
TIBRA
memang tidak mirip tuan, tapi kita memang saudara kandung
PAMAN
haduh maaf. Baru pertama kali saya melihat orang seperti itu
DARPA
iya memang saya buruk rupa. Tidak apa-apa, saya sudah terbiasa ditertawakan
seperti ini.
PAMAN
haduh maaf bukan maksud saya melecehkan.
TIBRA
ada yang bisa kami bantu tuan?
PAMAN
tidak. Kami hanya kebetulan lewat saja. Oh iya, kenalkan saya arnawarma dan ini
keponakan saya gantari.
TIBRA
saya tibra tuan
PAMAN
itu kakak mu kenapa?
TIBRA
kenapa apanya tuan? Wajahnya?
PAMAN
bukan. Tapi kenapa terlihat murung begitu.
TIBRA
iya tuan, biasa anak muda tuan. Kakak saya sedang galau mencari jodohnya.
PAMAN
mencari jodoh?
TIBRA
iya tuan. Mencari jodoh.
PAMAN
mencari pacarnya maksud kamu? Pacarnya pergi?
TIBRA
bukan tuan. Saya juga tidak tau siapa yang dia cari. Orang bertemu wanitanya
saja belum
PAMAN
lalu? Bagaimana dia bisa tau apa yang dia cari?
TIBRA
kakak saya Cuma tau nama dan wajahnya saja tuan, tapi tidak tau kemana harus
mencarinya
PAMAN
katanya tadi belum pernah bertemu. Lalu bagaimana kakak kamu bisa tau?
TIBRA
lewat mimpi tuah
PAMAN
lewat mimpi? (sambil menoleh ke gantari)
… lalu?
TIBRA
iya, lewat mimpi… dan sekarang kami sedang mencarinya.
PAMAN
kalo boleh tau siapa nama kakakmu?
TIBRA
darpa tuan
PAMAN
HAH!! (terhentak)
TIBRA
kenapa tuan?
PAMAN
siapa-siapa?
TIBRA
dar-pa ..
PAMAN
HAH! (berbisik ke gantari) dari nama
sih sama tapi dari muka nih
KAKAK
iya paman.
TIBRA
kenapa tuan
KAKAK
tidak-tidak. Kalau boleh tau siapa nama wanita yang sedang dicari itu?
TIBRA
siapa yah, sebentar… kak siapa nama perempuannya kak?
DARPA
sarkara
TIBRA
hah, sakira?
DARPA
sarkara
TIBRA
sarkara tuan.
PAMAN
& KAKAK hah!!! (kaget)
TIBRA
ada yang salah tuan?
PAMAN
eeehhmmm.. begini nak. Kami juga sedang mencari seseorang yang kami pikir sulit,
bahkan mungkin mustahil untuk bisa ketemu. Kami dimintai tolong oleh ayahnya
gantari yang tidak lain adalah ayah dari sarkara yang mungkin adalah orang yang
sedang kalian cari. Saya sendiri adalah pamannya sarkara dan gantari adalah
kakaknya.
KAKAK
iya benar, kami mencari orang yang bernama darpa. Adik saya mimpi bertemu
dengannya. Tapi ada masalah. Masalahnya
yang dimimpikan adik saya itu darpa seorang yang tampan.
PAMAN
benar. Apa mungkin sama namanya saja yah?
DARPA
paman (sambil sujud depan paman itu)
PAMAN
begini saja, kami bawa darpa ke tempat kami supaya bisa kami pastikan benar
atau tidaknya
DARPA
baik paman saya ikut dengan paman
TIBRA
nanti dulu (sambil menarik darpa)
DARPA
apa-apan sih? Jangan menghalangi kakak
TIBRA
nanti dulu kak. Kita harus berhati-hati
DARPA
kenapa?
TIBRA
boleh saya minta waktu sebentar? Saya mau berbicara dengan kakak saya dulu
PAMAN
baik silahkan (paman dan kakak agak
menjauh)
TIBRA
kita harus pakai akal sehat kak. Mungkin saja mereka itu penculik
DARPA
kenapa kamu berpikir seperti itu? Lagipula kalaupun mereka mau menculik kakak,
apa yang mau mereka harapkan dari orang seperti kita?
TIBRA
sadar kak. Mereka tadinya tidak tau apa-apa. Mereka hanya mencocokan cerita
kita saja. Apa yang kita ceritakan tentang mimpi kakak tadi, mereka hanya
mencocok-cocokan saja.
DARPA
lalu kalaupun mereka mau menculik kakak. Apa yang mereka harapkan? Kita bukan orang berada. Mereka tau itu.
TIBRA
bisa saja kakak dibunuh lalu organ kakak diambil dan dijual
DARPA
benar juga apa kata kamu.
TIBRA
sudah, sekarang kakak diam saja dulu. Biar saya yang negosiasi. Keadaan kakak
sedang tidak memungkinkan untuk berpikir jernih. Ada kemungkinan juga kalau
mereka itu keluarga sarkara. Jadi sekarang biar saya yang bicara pada mereka.
DARPA
baiklah, kakak percaya kepada kamu.
TIBRA
tuan! (memanggil)
PAMAN
bagaimana?
TIBRA
boleh kakak saya tuan bawa. Tetapi saya ikut bersama kalian.
PAMAN
wah tidak bisa. Karena kendaraan yang kami bawa tidak akan cukup untuk membawa
kalian berdua.
TIBRA
wah berarti bener kak dia mau menculik kakak (berbisik)… kalau begitu kakak
saya tidak boleh kalian bawa.
KAKAK
wah bagaimana ini paman?
PAMAN
tenang.
TIBRA
sudah jelaskan tuan? Kakak saya tidak bisa ikut dengan kalian.
PAMAN
begini tibra, kakak mu akan kami jaga dengan baik. Bila nanti memang benar
bahwa kakakmu adalah orang yang sarkara maksud. Maka akan dinikahkan tetapi
bila bukan, akan kami kembalikan. Kami tidak akan berbuat jahat kepada kalian
TIBRA
tetap tidak bisa.
PAMAN
maaf tibra, darpa, sepertinya saya harus berbuat kekerasan.
(terjadi
perkelahian. tibra dan darpa tidak sadarkan diri)
PAMAN
maaf darpa saya harus berbuat seperti ini. Ini untuk kebaikan kalian juga.
Gantari bantu paman membawa darpa.
(darpa
dibopong masuk ke kendaraan mereka)
LATAR 3
(Kediaman
sarkara)
SARKARA
ayah, paman dan kakak sudah tiga hari belum kembali. apakah menurut ayah mereka
akan berhasil bertemu dengan darpa?
AYAH
berdoa saja mereka bisa menemukannya.
(terdengar
suara kendaraan masuk di halaman rumah mereka)
AYAH
nah itu mereka.
SARKARA
aku ke kamar dulu ayah. Aku mau siap-siap
(
kakak masuk)
AYAH
bagaimana gantari? Apa kamu sudah menemukan darpa?
KAKAK
sudah ayah, itu sedang bersama paman sebentar lagi mereka akan kemari. Tapi
ayah jangan kaget yah
AYAH
memang kenapa?
KAKAK
mungkin darpa yang kami bawa bukan benar-benar darpa yang sarkara maksud.
(paman
dan darpa masuk)
AYAH
apa-apaan ini? kenapa kalian bawa orang miskin dan jelek masuk rumah ini?
KAKAK
sabar dulu ayah
PAMAN
iya sabar dulu. Kenalkan ini darpa.
DARPA
ayah, saya darpa
AYAH
apa kamu memanggil saya dengan sebutan ayah!
DARPA
maaf tuan.
AYAH
hey arnawarma, gantari. Kalau memang tidak bisa menemukan darpa, Jangan kamu
bawa orang seperti ini untuk mengaku-ngaku sebagai darpa. Kalau memang tidak
bisa menemukan orang yang dimaksud ya sudah.
PAMAN
begini kak. Pria ini juga bermimpi. Mungkin mimpi yang sama dengan yang dialami
oleh sarkara. Dia bermimpi bertemu sarkara dan dia juga bermaksud untuk mencari
sarkara.
AYAH
jangan mengarang cerita kamu arnawarma. Kamu tega keponakan kamu yang cantik
itu menikah dengan lelaki jelek seperti dia?
DARPA
paman saya pamit pulang saja.
PAMAN
sebentar darpa, kamu tenang saja dulu.
DARPA
saya malu paman. Sudah lah, mungkin memang bukan saya orangnya.
PAMAN
nanti dulu darpa (menahan darpa yang
ingin pergi)… begini saja, kita panggil saja dulu sarkara, supaya jelas
benar atau tidak pria ini adalah darpa yang sarkara impikan
AYAH
sudah pasti bukan arnawarma. Kalaupun memang dia orangnya, saya tidak akan sudi
untuk menikahinya dengan sarkara. Tidak.
PAMAN
tetapi tetap saja. Paling tidak biar sarkara lihat dulu… Gantari panggil
sarkara, suruh dia kemari.
KAKAK
iya paman. (gantari menuju kamar sarkara)
DARPA
paman saya mau pulang saja
PAMAN
jangan darpa. Biar sarkara lihat kamu dulu. Kamu juga manusia, sama seperti
kita.
AYAH
apa kamu bilang! Sama? Derajat dia berbeda dengan kita arnawarma.
PAMAN
apa bedanya?
AYAH
jelas beda. Kita kaum bangsawan
PAMAN
tidak ada yang berbeda kak, kita semua sama.
(sarkara
masuk, melihat darpa sarkara terpaku dan darpa menunduk malu)
AYAH
neng sarka, liat, liat! Paman mu ini membawa badut kemari. Bukan membawa orang
yang kamu maksud.
PAMAN
sarka. Paman ingin bertanya. Apakah orang ini darpa yang kamu maksud.
SARKARA
(sambil memeluk pamanya) makasih
paman. Iya benar ini darpa. Darpa yang sarka maksud.
AYAH
apa! Buka mata kamu sarka! Kamu bilang darpa dalam mimpimu itu tampan. Lihat
ini, lihat wajah ini. bahkan lebih tampan anjing peliharaan kita sarka.
DARPA
paman saya mau pulang saja. Saya tidak bisa melanjutkan ini.
SARKARA
jangan darpa. Kamu jangan pergi.
AYAH
biar sarka. Memang sudah seharusnya orang itu tau diri. Sudah pulang saja sana.
SARKARA
jangan. Ayah jangan usir darpa. Dia benar-benar pria yang sarka impi-impikan
PAMAN
tahan darpa. Jangan kamu pergi.
AYAH
sarka, kamu sepertinya terkena guna-guna orang ini.
SARKARA
tidak ayah. Sarka memang suka dan cinta kepada darpa
AYAH
darpa berapa harta yang kamu inginkan saya akan kasih. Asal kamu pergi dari
sini.
DARPA
tidak tuan, saya tidak butuh itu. Saya akan pergi.
SARKARA
jangn pergi darpa
PAMAN
iya darpa.
DARPA
tidak apa-apa paman. Biar begini saya punya harga diri. Saya memang mencintai
sarka. Tapi jika ayahnya tidak mengizinkan, saya tidak bisa berbuat apa-apa.
Karena sarka adalah milik ayahnya seutuh-utuhnya. Saya tidak berhak.
SARKARA
ayah nikahkan sarka dengan darpa sekarang juga! Sarka mohon ayah
AYAH
tidak, biar bagaimana pun tidak akan ayah nikahkan kamu kepada orang ini.
SARKARA
kalau begitu ayah lebih memilih sarka untuk mati
AYAH
sarka? Apa maksud kamu?
SARKARA
sarka lebih baik mati ayah. Ketimbang hidup bergelimang harta tetapi tidak
bahagia.
DARPA
sudah sarka jangan melawan ayahmu. Aku sudah cukup senang bertemu dengan mu.
(ayah
sarkara bingung dan takut mendengar ancaman sarkara)
AYAH
baik sarka permintaan kamu akan ayah turuti. Tapi kamu janji untuk tidak bunuh
diri
SARKARA
tentu saja ayah.
AYAH
permintaan kamu hanya menikah dengan darpa saja kan?
SARKARA
iya ayah tidak ada yang lain.
AYAH
baik. Darpa sini kamu!
DARPA
iya tuan.
AYAH
aku akan nikahkan kamu dengan sarka putriku, tapi dengan satu syarat.
DARPA
apa itu?
AYAH
setelah menikah, kamu harus langsung menceraikan sarka
SARKARA
tapi ayah
AYAH
diam. Kamu sudah janji bahwa kamu hanya ingin menikah dengan sarka tidak ada
yang lain lagi.
DARPA
sudah sarka... Baik saya terima persyaratan itu. Nikahkan saya dengan sarka.
AYAH
arnawarma panggilkan gantari, kalian berdua akan menjadi saksi dalam pernikahan
yang singkat ini.
(paman
memanggil gantari)
KAKAK
ada apa ayah?
AYAH
kamu dan pamanmu akan menjadi saksi dalam pernikahan darpa dengan adikmu. Apa
kamu bersedia gantari?
KAKAK
baik ayah
AYAH
darpa. Apa yang kau punya untuk dijadikan mahar dalam pernikahan ini?
DARPA
saya hanya memiliki sarung bekas. (sambil
menoleh sarkara) apakah kamu ikhlas sarka?
SARKARA
saya ikhlas. Sangat ikhlas
AYAH
ya sudah. Lagipula setelah akad ini selesai kamu juga akan langsung menceraikan
anakku. Tidak usah lama-lama lagi. Mari segera kita mulai ijab Kabul ini. aku
sudah muak melihat wajah pria susah ini.
(prosesi
ijab Kabul berjalan)
AYAH
sekarang kalian sudah resmi menikah. Nah sekarang darpa, cepat ceraikan anakku
sarka
DARPA
sebelumnya saya ingin bertanya kepada tuan.
AYAH
bertanya apa?
DARPA
apakah benar sarkara adalah anak kandung tuan?
AYAH
tentu saja benar
DARPA
prosesi ijab Kabul tadi sudah sesuai dengan hukum pernikah agama yang kita
anut?
AYAH
iya. Sudah jangan banyak bertanya. Cepat ceraikan sarkara
DARPA
begini tuan, beberapa menit yang lalu sarkara adalah tanggungjawab tuan sebagai
ayahnya. Tetapi setelah prosesi ijab Kabul tadi. Segala tanggungjawab yang
telah tuan emban selama ini telah berpindah ke pada saya. Hidup mati sarkara
saya yang bertanggungjawab sekarang. Dari ujung rambut sampai ujung kakinya
saya yang akan menjaganya.
AYAH
maksud kamu?
DARPA
saya tidak akan menceraikan sarkara. Ayo sarkara kita pergi
(darpa
dan sarkara pergi meninggalkan ayah)
AYAH
mau kemana kalian? Kembali! arnawarma, gantari mengapa kalian diam saja. Cepat
kejar mereka. cepat!
PAMAN
maaf kak. Darpa sudah menjadi suaminya sarka yang sah. Saya tidak dapat berbuat
apa-apa.
AYAH
gantari cepat kejar adikmu itu
KAKAK
maaf ayah. Apa yang paman bilang tadi benar. Darpa sudah menjadi suami sarka
yang sah.
AYAH
baik kalau kalian tidak mau membantu.
LATAR 4
(di
taman desa darpa dan sarkara)
DARPA
sarka..
SARKARA
iya kang
DARPA
boleh akang tidur dipangkuan kamu?
SARKARA
tentu saja boleh. Kamukan sekarang sudah menjadi suamiku. Sini..! (darpa menaruh kepalanya di pangkuan
sarkara)
DARPA
akang ga sangka neng.
SARKARA
kenapa kang?
DARPA
ternyata mimpi kita itu bukan hanya sekedar mimpi. Tapi itu tanda dari
mahagusti untuk kita.
SARKARA
iya, sarka juga tidak menyangka ini semua terjadi. Sarka sangat bahagia kang.
Benar disini, ditaman ini kita pertama kali bertemu dalam mimpi. Dan sekarang
kita berdua ada disini dalam dunia nyata bukan dalam mimpi.
(darpa
tertidur dipangkuan sarkara)
SARKARA
kang? (melihat darpa) tidur rupanya.
Terimakasih tuhan telah mempertemukan kami. Aku sangat bersukur padaMu.
(sambil mengusap kepala darpa) tampan sekali wajahmu suamiku. Aku rela
bersamamu meninggalkan segala harta yang biasa ku nikmati asalkan selalu
bersamamu. Kebahagiaan dan kesenangn di dunia ini memang tidak bisa di ukur
dari harta benda. Hanya kasih sayang yang tulus yang akang beri pada sarka yang
membuat sarka bahagia.
(tiba-tiba
datang dua orang asing mendekat dan menyekap sarka)
Pembunuh1
(menyekap sarka dan membawanya pergi)
Pembunuh2
bangun-bangun! (menjambak rambut darpa)
DARPA
ada apa sarka? (keadaan kurang sadar
karena baru terbangun)
Pembunuh2
sarka sudah tidak ada
DARPA
kemana sarka? Kau bawa kemana istriku?
Pembunuh2
jangan banyak bicara kamu. (menusuk pisau
ke dada darpa lalu pergi)
DARPA
aaaaaaahhhh. (mengerang kesakitan)
gusti, mengapa ini terjadi kepadaku? Sarka.. sarka maafkan aku. Aku tidak bisa
menjagamu (dengan nada sendu sambil
mengerang kesakitan).
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar