"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. (Pramoedya Ananta Toer : Rumah Kaca)
Saya sempat terdiam dan berpikir setelah membaca kalimat di atas
ternyata benar pernyataan dari Pram –sapaan akrab Pramoedya Ananta Toer – ketika jiwa dan raganya telah pergi
meninggalkan dunia pada 30 april 2006 nama Pram pun masih ada dan terus hidup
di dalam karya-karyanya. Berbagai penghargaan pun telah ia raih karena karya-karyanya
itu, dan sampai saat ini pengagum karya dari pram sendiri pun tak pernah habis
dimakan usia.
Dalam pernyataan diatas sang nominator peraih nobel sastra itu pun
mengemukakan sangat pentingnya menulis dan dampak buruk akibat tidak menulis,
tetapi dewasa ini jarang sekali dari kita yang menyadari pentingnya menulis,
kita lebih berpikir menulis itu adalah pekerjaan yang buang-buang waktu dan
tidak menghasilkan apa-apa semoga pikiran itu tidak ada pada mahasiswa jurusan
sastra, memang pada hakikatnya menulis itu bukanlah sebuah cara untuk
mendapatkan uang Pram pun berpendapat "Mendapat upah karena menyenangkan orang
lain yang tidak punya persangkutan dengan kata hati sendiri, kan itu dalam seni
namanya pelacuran?” (Pramoedya Ananta Toer : Anak
Semua Bangsa) tampaknya
Pram sangat mengecam itu, misalnya
kita hanya mau menulis jika karena ada tugas saja, ada lomba dan mengharap
hadiah saja, bukankan itu tidak ada sangkut pautnya dengan kata hati? Sepertinya kita harus tahu bahwa menulis
adalah sebuah adalah cara untuk menyampaikan sebuah pesan. Para penyair menulis
puisi dan sajak karena ada makna dan pesan yang ia sampaikan bukan hanya
memamerkan keindahan kata-kata semata, lalu para sastrawan mereka menulis
cerpen, novel, roman serta naskah drama karena ada tujuan yaitu sebuah pesan
yang ingin disampaikan kepada pembaca. Bukan untuk komersil dan kepentingan
lain.
Sebelum menulis ada baiknya kita perlu membaca terlebih dahulu, kita
tidak mungkin tahu cara menulis puisi tanpa pernah membaca sebuah buku kumpulan
puisi, kita pun takkan pernah tahu cara menulis cerpen bila kita tidak pernah
membaca buku kumpulan cerpen begitupun seterusnya. Dari membaca kita bisa dapat
mengetahui struktur dari sebuah puisi, cerpen dan yang lainya, kita juga bisa tahu
dengan apa para penyair dan sastrawan menyampaikan pesan dari tiap tulisannya
dan mungkin kita bisa menirukannya untuk memulai menulis kreatif kita.
Yang menjadi pertanyaan apakah yang membuat seseorang ingin menulis? Dan
masalahnya banyak sekali seorang yang telah memiliki semangat untuk
menulis tetapi mudah pula patah
semangatnya.
Saya pernah menghadiri sebuah forum diskusi antar komunitas sastra di
cianjur yang membicarakan tentang masalah menulis kreatif, memang banyak sekali
teori yang dijabarkan dan saya tidak bisa memaparkanya. Memang teori-teori itu
sangat penting tetapi jika berbicara teori terus-menerus kapan kita mau memulai
praktek untuk menulis? Lagipula apa artinya jika seorang dengan segudang teori
tetapi miskin praktek?
Dalam forum itu dapat saya tangkap dari jawaban mereka bahwa yang
pertama adalah niat, seorang yang sudah niat untuk menulis pasti akan menulis
tanpa memikirkan bagus atau tidak tulisan itu, mungkin karena ia telah membaca
sebuah karya yang membuatnya terkagum dan berniat ingin menirukan penulisnya
dengan menulis pula. Yang kedua tulislah apa yang ada di sekitar terlebih
dahulu, yang sering kita lihat, alami dan rasakan misalnya hujan, tulislah tentang
hujan yang sejujurnya dan jangan terlalu jauh karena banyak sekali penulis yang
kadang menulis terlalu jauh (banyak dalam puisi) contonya “aku merekam wajahmu
pada festival kembang api di paris” padahal si penulis tak pernah ke paris.
Yang ketiga adalah yang saya garis bawahi yaitu keseriusan dalam menulis karena
banyak dari penulis muda (baru) khususnya, yang pada awalnya giat menulis
tetapi ketika mendapat kritik dan hinaan langsunglah menurun semangatnya. Saya
memang berpendapat jika penulis yang baru mulai untuk menulis sangat
membutuhkan motivasi lebih untuk memperbaiki tulisanya bukan cercaan yang
membuat mereka down tetapi pendapat saya langsung terbantah disini,
mereka berpendapat seseorang yang sudah menulis berarti telah serius untuk
menulis, karena seseorang yang telah serius pasti akan lebih bersemangat bila
mendapat kritik dan hinaan, ia akan lebih termotivasi agar karnyanya tidak
diremehkan lagi oleh orang yang telah menghina karyanya.
Saya pun langsung menghancurkan pendapat saya yang tadi, memang jika
seseorang yang telah serius untuk menulis pasti kritik setajam apapun akan
berubah menjadi motivasi untuknya, menjadi senjata untuk menulis lebih bagus
lagi dan berusaha memperbaikinya.
Maka untuk para penulis muda (baru)
janganlah sungkan untuk membagikan karyanya kepada orang lain yang lebih dahulu
menulis, lebih tahu kelemahan dan kelebihan tulisan karena kita tidak dapat
menilai tulisan kita sendiri. Biarpun karya kita telah dibakar, disobek ataupun
di jadikan asbak buatlah itu sebagai motivasi , jika kita telah serius apapun
yang menjadi penghambat keseriusan kita pasti akan terlewat.
Dan saya hanya bisa berpesan : menulislah, jadikanlah itu sebagai
pengungkapan perasaan yang seringkali tidak dapat tersampaikan oleh lisan,
mengaranglah dengan cerita-ceritamu karena serorang R.A Kartini pun berpendapat
“mengarang adalah bekerja untuk
keabadian” (Pramoedya Ananta Toer : Anak Semua Bangsa) dan seriuslah, jika kita telah siap memulai untuk
menulis kita pun sudah siap menerima berbagai serangan dari para penulis yang
telah menulis lebih dulu sebelum kita.
Semoga dengan tulisan yang kita tulis masyarakat dan sejarah takkan
pernah melupakan dan menghilangkan kita walau waktu kita untuk menulis telahlah
selesai.
Dos “Boim” Santos
Jakarta, 18.03.13
Jakarta, 18.03.13