Aku terlahir dengan nama Muhammad
Syahreza, nama yang sangat indah menurutku tapi sangat jauh dari sifat dan
kepribadian ku. Sering teman-temanku mengejeku karna nama dan kelakuan ku
sangat jauh berbeda , nama yang diambil dari seorang Nabi yang berkepribadian
baik, berahlak mulia tapi diberikan kepada orang sepertiku yang sangat terbalik
dari sifat beliau. Tak tahu kenapa Ayahku memberi nama ku seperti itu padahal
ia sangat jauh dari agama keseharianya hanya mabuk dan berjudi saja, mungkin
itu nama dari Ibuku yang hanya dalam waktu 7 tahun aku bisa merasakan kasih
sayangnya sebelum ia dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.
Dibesarkan didaerah yang rawan dengan kemaksiatan ,perjudian bahkan narkoba , pergaulan yang sangat kacau membuatku terlalu terlarut dalam kehidupan yang menyesatkan ini, memang nikmat tetapi tak tahu dampak dari kenikmatan itu sendiri. Didaerahku ini hanya akulah yang masih bersekolah karna aku diterima di SMA Negeri yang tidak memerlukan SPP ditiap bulanya.
Disekolah aku mungkin bukan satu-satunya anak yang malas tapi akulah yang selalu disalahkan oleh guru-guru karna aku dinilai memberi dampak negatif kepada teman-temanku dengan mengajak teman temanku untuk tidak mengerjakan tugas dan lebih memilih main dan nongkrong, padahalkan itu kemauan meraka bukan salahku kalau mereka mau menuruti aku.
Dibesarkan didaerah yang rawan dengan kemaksiatan ,perjudian bahkan narkoba , pergaulan yang sangat kacau membuatku terlalu terlarut dalam kehidupan yang menyesatkan ini, memang nikmat tetapi tak tahu dampak dari kenikmatan itu sendiri. Didaerahku ini hanya akulah yang masih bersekolah karna aku diterima di SMA Negeri yang tidak memerlukan SPP ditiap bulanya.
Disekolah aku mungkin bukan satu-satunya anak yang malas tapi akulah yang selalu disalahkan oleh guru-guru karna aku dinilai memberi dampak negatif kepada teman-temanku dengan mengajak teman temanku untuk tidak mengerjakan tugas dan lebih memilih main dan nongkrong, padahalkan itu kemauan meraka bukan salahku kalau mereka mau menuruti aku.
***
Pagi ini aku
pusing sekali karna ada pelajaran geografi gurunya sangat killer menurutku,
selalu memberi hukuman kepada para siswanya jika tidak mengerjakan tugas, entah
dijemur , disuruh membersihkan WC, tidak diberi nilai dan banyak lagi. Bimbang
sekali aku pagi itu kalau aku bolos lagi pastilah aku akan dikeluarkan dari
sekolah karna sering sekali aku bolos, yasudahlah masuk saja dari pada aku
keluar sayang sekali udah mau kelas 3 dan hampir lulus. Disekolahku ada seorang
siswi perempuan cantik dan juga baik hati ia bernama Anissa Rahmi Rahmawati,
perempuan dengan jilbab menutupi rambutnya yg lebih menarik hatiku daripada
perempuan lain yang selalu berpenampilan menor dan ingin dilihat.
Sampai dikelas teman temanku sibuk dengan tugas geografinya ,sedangkan aku hanya diam dan main permainan yang ada diHP ku tanpa mempedulikanya,saat itu guruku masuk dan memulai meneranagkan ,lalu langsung menyruh kami mengeluarkan tugas yang diberikanya minggu lalu, ahh sial kenapa dia harus ingat kataku. Tiba tiba seorang siswi berjilbab yang kuceritakan itu mengok kebelakang kearahku yang duduk dibelakangnya.
“ini za” sambil memberikanku buku tulis
“apaan ini sa ?”
“kamu pasti belum mengerjakan tugas geografi kan, ini sudah kukerjakan “
“ah serius sa,lo kerjain semua”
“iya, serius daripada kamu dimarahi terus oleh pak heri dan nanti bisa-bisa tidak lulus gimana ?”
terdiam sejenak ku mendengar jawabanya itu, bagaikan nabi Muhammad yang turun kebumi member pencerahan kepada umatnya,begitu pula dia memberikan pertolongan besar terhadapku dan masa depanku yang mungkinsudah tidak jelas ini
“makasih ya anissa” jawabku dengan senyuman.
ia hanya menoleh tanpa memberi jawaban, dan selamatlah aku dari hukuman dan nilai nol itu.
ketika bel dibunyikan dan kegiatan belajar berhenti aku keluar kelas dan duduk dibangku samping musholla untuk menunggu anissa dan berterima kasih atas pertolonganya itu.
dan ia pun tiba,ia sedang berjalan menuju musholla ini dan langsung saja ku panggil dia.
“anissa rahmi”
“iya za”
“terima kasih ya sa, kalau ngga ada lo pasti gue dihukum lagi dah sama pak heri”
“ngga apa apa kok za, sudah kewajiban kita sesama muslim saling membantu”
sungguh jawaban yang ada duluar fikiran ku padahal solat saja aku jarang sekali sebulan saja terhitung oleh jari lah”
”oia aku solat dulu ya, kamu juga mau solat kan” Tanya nya sambil tersenyum, mungkin mengejeku karna aku yang tak pernah sekalipun solat, Ayahku saja tak pernah solat ibukulah yang mengajariku tapi itu sudah lama sekali sebelum ibu wafat.
“hmm iya iya ini juga mau solat kok” jawabku agak gagap.
aduh cara berwudhu gimana ya, lupa sekali aku, karna terakhir aku solat itu ketika aku SMP sudahlah liat saja yang lain wudhu tinggal mengikuti .
selasailah solat zuhur ku yang sudah lama sekali ku tinggalkan ini, damai sekali hati ini setelah solat , baru kali ini aku merasakan ketentraman hati yang luar biasa ini, lalu keluar dan kembali duduk sambil menunggu malaikat penolongku tadi.
“sudah selesai solat za?” Tanya malaikat penolongku itu yang langsung duduk disebelahku.
“sudah kok sa”
“hmm solatnya jangan hanya zuhur saja ya za, ashar, magrib, isya dan subuhnya juga jangan sampai ketinggalan, karna jika hanya satu tiang bangunanmu pasti akan roboh”
“iya sa,tapi kok bangunan sih” tanyaku bingung
“iya za ,karna solat itu adalah bangunan kita kelak disurga jika hanya satu tiangnya pasti tidak akan kuat menahan kemagahan surganya Allah swt”
kata kata yang belum pernah kudengar dari teman teman ku, seperti sedang berada didepan mimbar solat jumat dan mendengarkan pencerahan dari ustad dan kyai.
“oh gitu ya sa, pasti aku akan solat kok”
“bagus lah zal ,tapi jangan hanya kamu saja yang solat ajak juga teman temanmu yang lain agar dapat solat juga bersama dirimu”
“iya sa pasti”
“tapi ingat lagi, kamu solat juga jangan karena aku tapi karena Allah za”
terdiam lagi aku mendengar kata katanya itu, sungguh seorang wanita cantik luar dan dalam ,sempurna jasmani dan rohaninya sempat ku berfikir kalau ia bukanlah manusia melainkan seorang malaikat berwujud manusia yang sedang menyamar untuk memberiku pencerahan.
“iya sa,pasti bakal gue ingat kata kata lo untuk sekarang dan mudah mudahan seterunya sa”
“amin za, aku duluan ya za, assalamualaikum”
“walaikum salam”
Sampai dikelas teman temanku sibuk dengan tugas geografinya ,sedangkan aku hanya diam dan main permainan yang ada diHP ku tanpa mempedulikanya,saat itu guruku masuk dan memulai meneranagkan ,lalu langsung menyruh kami mengeluarkan tugas yang diberikanya minggu lalu, ahh sial kenapa dia harus ingat kataku. Tiba tiba seorang siswi berjilbab yang kuceritakan itu mengok kebelakang kearahku yang duduk dibelakangnya.
“ini za” sambil memberikanku buku tulis
“apaan ini sa ?”
“kamu pasti belum mengerjakan tugas geografi kan, ini sudah kukerjakan “
“ah serius sa,lo kerjain semua”
“iya, serius daripada kamu dimarahi terus oleh pak heri dan nanti bisa-bisa tidak lulus gimana ?”
terdiam sejenak ku mendengar jawabanya itu, bagaikan nabi Muhammad yang turun kebumi member pencerahan kepada umatnya,begitu pula dia memberikan pertolongan besar terhadapku dan masa depanku yang mungkinsudah tidak jelas ini
“makasih ya anissa” jawabku dengan senyuman.
ia hanya menoleh tanpa memberi jawaban, dan selamatlah aku dari hukuman dan nilai nol itu.
ketika bel dibunyikan dan kegiatan belajar berhenti aku keluar kelas dan duduk dibangku samping musholla untuk menunggu anissa dan berterima kasih atas pertolonganya itu.
dan ia pun tiba,ia sedang berjalan menuju musholla ini dan langsung saja ku panggil dia.
“anissa rahmi”
“iya za”
“terima kasih ya sa, kalau ngga ada lo pasti gue dihukum lagi dah sama pak heri”
“ngga apa apa kok za, sudah kewajiban kita sesama muslim saling membantu”
sungguh jawaban yang ada duluar fikiran ku padahal solat saja aku jarang sekali sebulan saja terhitung oleh jari lah”
”oia aku solat dulu ya, kamu juga mau solat kan” Tanya nya sambil tersenyum, mungkin mengejeku karna aku yang tak pernah sekalipun solat, Ayahku saja tak pernah solat ibukulah yang mengajariku tapi itu sudah lama sekali sebelum ibu wafat.
“hmm iya iya ini juga mau solat kok” jawabku agak gagap.
aduh cara berwudhu gimana ya, lupa sekali aku, karna terakhir aku solat itu ketika aku SMP sudahlah liat saja yang lain wudhu tinggal mengikuti .
selasailah solat zuhur ku yang sudah lama sekali ku tinggalkan ini, damai sekali hati ini setelah solat , baru kali ini aku merasakan ketentraman hati yang luar biasa ini, lalu keluar dan kembali duduk sambil menunggu malaikat penolongku tadi.
“sudah selesai solat za?” Tanya malaikat penolongku itu yang langsung duduk disebelahku.
“sudah kok sa”
“hmm solatnya jangan hanya zuhur saja ya za, ashar, magrib, isya dan subuhnya juga jangan sampai ketinggalan, karna jika hanya satu tiang bangunanmu pasti akan roboh”
“iya sa,tapi kok bangunan sih” tanyaku bingung
“iya za ,karna solat itu adalah bangunan kita kelak disurga jika hanya satu tiangnya pasti tidak akan kuat menahan kemagahan surganya Allah swt”
kata kata yang belum pernah kudengar dari teman teman ku, seperti sedang berada didepan mimbar solat jumat dan mendengarkan pencerahan dari ustad dan kyai.
“oh gitu ya sa, pasti aku akan solat kok”
“bagus lah zal ,tapi jangan hanya kamu saja yang solat ajak juga teman temanmu yang lain agar dapat solat juga bersama dirimu”
“iya sa pasti”
“tapi ingat lagi, kamu solat juga jangan karena aku tapi karena Allah za”
terdiam lagi aku mendengar kata katanya itu, sungguh seorang wanita cantik luar dan dalam ,sempurna jasmani dan rohaninya sempat ku berfikir kalau ia bukanlah manusia melainkan seorang malaikat berwujud manusia yang sedang menyamar untuk memberiku pencerahan.
“iya sa,pasti bakal gue ingat kata kata lo untuk sekarang dan mudah mudahan seterunya sa”
“amin za, aku duluan ya za, assalamualaikum”
“walaikum salam”
***
Lelah sekali hari ini walau ku sangat senang
karna kejadian disekolah tadi, belum sampai lima menit sampai rumah tiba tiba
terdengar panggilan Allah untuk umatnya untuk bersegera solat ashar, baru aku
ingin beristirahat tapi yasudahlah aku jalani saja mungkin suasana hatiku akan
lebih damai lagi seperti tadi, tanpa mengganti pakaian sekolah ku aku langsung
bergegas kemasjid dekat kampungku yang mungkin sudah bertahun tahun tak
kudatangi itu.
“woi.. za mau kemana lo ?” seru ilham teman satu daerah tinggalku
“mesjid am, solat dulu biar damai”
“hahahaha, gue ngga lagi mimpi kan nih za ?”
“ngga lah ,gue baru dapet ilham nih”
“dikasih duit berape lo za ama Tuhan ? sampe lo sembah lagi hahaha” tawanya mengeras hingga terbahak bahak namun aku tak menggubrisnya dan langsung meninggalkanya
“woi za ,nitip salam ya buat tuhan hahaha” serunya lagi dengan tawa yang semakin mengeras.
bingung sekali aku disaat aku ingin berada di jalan yang benar malah dicemooh sudahlah mendingan aku melunasi janjiku pada anissa untuk solat lima waktu.
kedamaian kembali hadir setelah aku melaksanakan solat ashar, sejuk sekali rasanya seperti ada disebuah ruangan ber AC yang hanya orang orang ataslah yang memilikinya. Tiba tiba datanglah ustad soleh ,ia adalah imam masjid ini sekaligus penjaga rumah Allah ini.
“eh nak reza, alhamdulillah yah sekarang ada anak muda yang mengisi masjid ini yang biasanya hanya orang orang berusia lanjutlah yang beribadah di masjid ini”
“iya ustad”
“kenapa tidak mengajak yang lain nak reza ?”
“ya mana pada mau ustad mendengar jawaban saya ingin kemasjid ini saja mereka menyangka sedang bermimpi, sampai sampai bilang bahwa saya diberi uang berapa sama Tuhan sampai sampai saya solat kembali ustad”
“begitulah manusia yang tidak pernah berterima kasih atas segala yang Tuhan berikan”
“maksudnya ustad ?” tanyaku lebih dalam
“iya kita telah diberi banyak kenikmatan dan kesempurnaan dalam hidup tapi apa timbal balik dari kita, malah menghinanya, melupakanya padalah banyak mausia selain kita yg tidak sempurna tapi ia masih bisa bersyukur”
“iya ya ustad benar juga, Alhamdulillah terima kasih ustad saya jadi bisa mengerti sedikit tentang agama”
“iya za sama sama nak reza , kalau mau belajar agama datang saja kemari nanti pasti ustad ajarkan lebih banyak”
“iya ustad pasti, saya pulang dulu ya ustad , assalamualaikum “
“walaikum salam”
bagaikan tanaman yang diberi air oleh pemiliknya aku baru merasa hidup di dunia ,ustad soleh memang sangat baik ,setengah jalan sebelum sampai rumah kulihat joko, wira, dan ucup teman teman bermainku dan mereka langsung menyapaku.
“woi za, denger denger ada yang kerasukan jin islam nih hahaha” seru joko dan membuat andri dan ucup tertawa terbahak bahak
“tau lo za ,kesambet setan apaan si lo sampe solat segala hahaha” giliran ucup yg menghinaku
“woi udeh lo pada, temen berubah bukanye seneng malah dihina hina” seru wira membelaku
“udeh wir lo jangan munafik, lo aja hobinya maen judi lo nyadar lah, lo aja makan pake duit ape haram ape halal” seru joko kepada wira ,lalu wira bangun dan member bogem mentah kearah joko
“woi udeh udeh gara gara gue solat kenape elo pada ribut, udeh wir sabar” teriakku sambil menahan wira
“awas lo ko, gue bikin bonyok lo, gue yg makan ya seterah gue” gertak wira
“udeh wir mending lo solat biar tenang pikiran lo”
“iye za, gue balik dulu ntar magrib aje ye, lo kerumah gue dulu, oke”
“oke dah”
aku dan wira pulang meninggalkan joko dan ucup yg masih ada di tongkronganya.
“woi.. za mau kemana lo ?” seru ilham teman satu daerah tinggalku
“mesjid am, solat dulu biar damai”
“hahahaha, gue ngga lagi mimpi kan nih za ?”
“ngga lah ,gue baru dapet ilham nih”
“dikasih duit berape lo za ama Tuhan ? sampe lo sembah lagi hahaha” tawanya mengeras hingga terbahak bahak namun aku tak menggubrisnya dan langsung meninggalkanya
“woi za ,nitip salam ya buat tuhan hahaha” serunya lagi dengan tawa yang semakin mengeras.
bingung sekali aku disaat aku ingin berada di jalan yang benar malah dicemooh sudahlah mendingan aku melunasi janjiku pada anissa untuk solat lima waktu.
kedamaian kembali hadir setelah aku melaksanakan solat ashar, sejuk sekali rasanya seperti ada disebuah ruangan ber AC yang hanya orang orang ataslah yang memilikinya. Tiba tiba datanglah ustad soleh ,ia adalah imam masjid ini sekaligus penjaga rumah Allah ini.
“eh nak reza, alhamdulillah yah sekarang ada anak muda yang mengisi masjid ini yang biasanya hanya orang orang berusia lanjutlah yang beribadah di masjid ini”
“iya ustad”
“kenapa tidak mengajak yang lain nak reza ?”
“ya mana pada mau ustad mendengar jawaban saya ingin kemasjid ini saja mereka menyangka sedang bermimpi, sampai sampai bilang bahwa saya diberi uang berapa sama Tuhan sampai sampai saya solat kembali ustad”
“begitulah manusia yang tidak pernah berterima kasih atas segala yang Tuhan berikan”
“maksudnya ustad ?” tanyaku lebih dalam
“iya kita telah diberi banyak kenikmatan dan kesempurnaan dalam hidup tapi apa timbal balik dari kita, malah menghinanya, melupakanya padalah banyak mausia selain kita yg tidak sempurna tapi ia masih bisa bersyukur”
“iya ya ustad benar juga, Alhamdulillah terima kasih ustad saya jadi bisa mengerti sedikit tentang agama”
“iya za sama sama nak reza , kalau mau belajar agama datang saja kemari nanti pasti ustad ajarkan lebih banyak”
“iya ustad pasti, saya pulang dulu ya ustad , assalamualaikum “
“walaikum salam”
bagaikan tanaman yang diberi air oleh pemiliknya aku baru merasa hidup di dunia ,ustad soleh memang sangat baik ,setengah jalan sebelum sampai rumah kulihat joko, wira, dan ucup teman teman bermainku dan mereka langsung menyapaku.
“woi za, denger denger ada yang kerasukan jin islam nih hahaha” seru joko dan membuat andri dan ucup tertawa terbahak bahak
“tau lo za ,kesambet setan apaan si lo sampe solat segala hahaha” giliran ucup yg menghinaku
“woi udeh lo pada, temen berubah bukanye seneng malah dihina hina” seru wira membelaku
“udeh wir lo jangan munafik, lo aja hobinya maen judi lo nyadar lah, lo aja makan pake duit ape haram ape halal” seru joko kepada wira ,lalu wira bangun dan member bogem mentah kearah joko
“woi udeh udeh gara gara gue solat kenape elo pada ribut, udeh wir sabar” teriakku sambil menahan wira
“awas lo ko, gue bikin bonyok lo, gue yg makan ya seterah gue” gertak wira
“udeh wir mending lo solat biar tenang pikiran lo”
“iye za, gue balik dulu ntar magrib aje ye, lo kerumah gue dulu, oke”
“oke dah”
aku dan wira pulang meninggalkan joko dan ucup yg masih ada di tongkronganya.
Terdengar adzan magrib lalu aku bersiap
menuju rumah wira dan mengajaknya solat, diperjalananku menuju rumah wira aku
melihat joko dan ucup sedang berlari secepat kilat hingga menabrak diriku, ada
apa dengan mereka, lalu kudengar suara Bu Iyem ibunya Wira berteriak minta
tolong sambil menangis.
“kenapa bu ?” tanyaku bingung
“ini nak reza, wira anak ibu” jawabnya dengan isak tangis yg mendalam
“wira kenapa bu ?”
“dia dibacok, ibu tak tahu siapa pelakunya”
“dimana bu masa ibu tidak tahu ?”
“didepan rumah nak, iya dia baru saja mandi katanya mau nunggu nak reza mau ke masjid bersama, pas ibu tinggal kedalam sebantar tiba tiba wira berteriak kesakitan dan tahunya seperti ini”
“baiklah bu ayo kita bawa wira kerumah sakit”
aku dan ibu Iyem segera membawa wira kerumah sakit dengan bajaj ,terliahat wajah yang amat gelisah dari ibu iyem ,yang amat takut jikalau anaknya itu tak selamat. Sampailah kami di UGD rumah sakit husada, wira langsung dibawa ke kamar rawatnya ,aku dan ibu iyem hanya boleh menunggu diluar saja , dengan perasaan harap harap cemas kami menunggu kabar dari dokter yg memeriksa wira, lalu datanglah seorang suster menghampiri kami.
“ibu dan adik keluarga dari ahmad wirawan ya ?”
“iya suster bagaimana keadaan anak saya ?” Tanya ibu iyem gelisah
“baiklah ibu bisa menyelesaikan administrasinya terlebih dahulu diruang administrasi nanti adik ini saya antar ke ruangan wirawan”
“baik suster, saya pulang dulu saya kesini tidak membawa uang sama sekali”
“baik bu ,secepatnya ya bu agar anak ibu tidat telat mendapat perawatan”
geram sekali aku mendengar percakapan itu, seharusnya rumah sakit menolong terlebih dahulu malah memikirkan biaya terlebih dahulu, tapi untung wira masih tergolong keluarga yg sederhana tidak seperti yg lain ,yg berada dibawah garis kemiskinan, ayahnya mantan pegawai negeri yg 2 tahun lalu meninggal dan sekarang keluarganya ditanggung pemerintah, ,sudahlah lebih baik aku solat magrib terlebih dahulusebelum waktunya habis karna insiden ini.
tak lama setelah selesai solat suster menghampiriku dan bertanya
“kamu yang bernama reza bukan nak ?”
“iya sus, saya sendiri “
“pasian yg bernama wira tadi memanggil manggil namamu nak, mungkin ada yg ingindibicarakan padamu , kamu bisa menjenguk ke ruanganya kok nak”
“baiklah dengan senang hati sus” lalu suster mengantarku kekamar dimana wira dirawat
“ini ruanganya nak reza kalau butuh apa apa tinggal tekan tombol yga ada di sebelah kanan pasien saja ya”
“iya sus terimakasih” segeralah aku masuk menghampiri wira yg terbujur kaku di tumpukan kapuk yg empuk milik rumah sakit ini dengan balutan perban dan sisa darah yg masih keluar dari tubuhnya itu.
“wir lo kenapa wir bisa begini ?”
“ini kerjaan joko sama ucup za, mungkin joko dendam karna gue pukul tadi sore”
“brengsek memang joko biar kubalas dia nanti”
“sudahlah za ,tidak usah biar Tuhanlah yg membalas mereka” terdiam aku mendengar jawaban itu, padahal ia baru ingin solat sama sepertiku tapi sudah bisa bicara agama seperti ini.
“iya wir, kalo lo ga ngebela gue pasti lo ga akan kaya begini ya wir,sorry ya wir semua salah gue”
“tidak kok za, ini sudah takdir Tuhan, gue sungguh berterimakasih sama lo karna gue mimpi sesuatu yg indah akan menyambut gue terang sekali cahayanya seperti cahaya lo saat ini za, terima kasih ya Allah kau telah memberiku pencerahan sebelum aku bertemu engkau” lalu ia memejamkan mata dan menghembuskan nafas terakhirnya.
tangisku tak terbendung saat itu, ibu wira pun datang dengan isak tangis yg luar biasa ternyata ia telah mengetahui itu bahwa pembulu darah wira ada yg putus akibat bacokan itu sehingga wira tidak bisa diselamatkan, lalu ibu iyem berbicara kepadaku dengan tangisan yg sangat mendalam.
“terimakasih ya nak reza, di akhir hayatnya wira iya mau berusaha tobat walau belum sempat, tapi ibu yakin wira akan bahagia di alamnya”
“tidak bu, ini hidayah dan pencerahan dari Allah yg datang tanpa kita ketahui darimana dan akan tertuju kepada siapa”
“iya nak sekarang nak reza bisa pulang dan ibu sudah tahu siapa pelakunya dan sudah tertangkap pihak yang berwajib”
“iya bu syukurlah semoga pelakunya bisa mersakan apa yg ia perbuat terhadap wira dan mau bertobat ya bu”
“iya nak” aku keluar kamar meninggalkan ibu iyem dengan jenazah anaknya wira
“kenapa bu ?” tanyaku bingung
“ini nak reza, wira anak ibu” jawabnya dengan isak tangis yg mendalam
“wira kenapa bu ?”
“dia dibacok, ibu tak tahu siapa pelakunya”
“dimana bu masa ibu tidak tahu ?”
“didepan rumah nak, iya dia baru saja mandi katanya mau nunggu nak reza mau ke masjid bersama, pas ibu tinggal kedalam sebantar tiba tiba wira berteriak kesakitan dan tahunya seperti ini”
“baiklah bu ayo kita bawa wira kerumah sakit”
aku dan ibu Iyem segera membawa wira kerumah sakit dengan bajaj ,terliahat wajah yang amat gelisah dari ibu iyem ,yang amat takut jikalau anaknya itu tak selamat. Sampailah kami di UGD rumah sakit husada, wira langsung dibawa ke kamar rawatnya ,aku dan ibu iyem hanya boleh menunggu diluar saja , dengan perasaan harap harap cemas kami menunggu kabar dari dokter yg memeriksa wira, lalu datanglah seorang suster menghampiri kami.
“ibu dan adik keluarga dari ahmad wirawan ya ?”
“iya suster bagaimana keadaan anak saya ?” Tanya ibu iyem gelisah
“baiklah ibu bisa menyelesaikan administrasinya terlebih dahulu diruang administrasi nanti adik ini saya antar ke ruangan wirawan”
“baik suster, saya pulang dulu saya kesini tidak membawa uang sama sekali”
“baik bu ,secepatnya ya bu agar anak ibu tidat telat mendapat perawatan”
geram sekali aku mendengar percakapan itu, seharusnya rumah sakit menolong terlebih dahulu malah memikirkan biaya terlebih dahulu, tapi untung wira masih tergolong keluarga yg sederhana tidak seperti yg lain ,yg berada dibawah garis kemiskinan, ayahnya mantan pegawai negeri yg 2 tahun lalu meninggal dan sekarang keluarganya ditanggung pemerintah, ,sudahlah lebih baik aku solat magrib terlebih dahulusebelum waktunya habis karna insiden ini.
tak lama setelah selesai solat suster menghampiriku dan bertanya
“kamu yang bernama reza bukan nak ?”
“iya sus, saya sendiri “
“pasian yg bernama wira tadi memanggil manggil namamu nak, mungkin ada yg ingindibicarakan padamu , kamu bisa menjenguk ke ruanganya kok nak”
“baiklah dengan senang hati sus” lalu suster mengantarku kekamar dimana wira dirawat
“ini ruanganya nak reza kalau butuh apa apa tinggal tekan tombol yga ada di sebelah kanan pasien saja ya”
“iya sus terimakasih” segeralah aku masuk menghampiri wira yg terbujur kaku di tumpukan kapuk yg empuk milik rumah sakit ini dengan balutan perban dan sisa darah yg masih keluar dari tubuhnya itu.
“wir lo kenapa wir bisa begini ?”
“ini kerjaan joko sama ucup za, mungkin joko dendam karna gue pukul tadi sore”
“brengsek memang joko biar kubalas dia nanti”
“sudahlah za ,tidak usah biar Tuhanlah yg membalas mereka” terdiam aku mendengar jawaban itu, padahal ia baru ingin solat sama sepertiku tapi sudah bisa bicara agama seperti ini.
“iya wir, kalo lo ga ngebela gue pasti lo ga akan kaya begini ya wir,sorry ya wir semua salah gue”
“tidak kok za, ini sudah takdir Tuhan, gue sungguh berterimakasih sama lo karna gue mimpi sesuatu yg indah akan menyambut gue terang sekali cahayanya seperti cahaya lo saat ini za, terima kasih ya Allah kau telah memberiku pencerahan sebelum aku bertemu engkau” lalu ia memejamkan mata dan menghembuskan nafas terakhirnya.
tangisku tak terbendung saat itu, ibu wira pun datang dengan isak tangis yg luar biasa ternyata ia telah mengetahui itu bahwa pembulu darah wira ada yg putus akibat bacokan itu sehingga wira tidak bisa diselamatkan, lalu ibu iyem berbicara kepadaku dengan tangisan yg sangat mendalam.
“terimakasih ya nak reza, di akhir hayatnya wira iya mau berusaha tobat walau belum sempat, tapi ibu yakin wira akan bahagia di alamnya”
“tidak bu, ini hidayah dan pencerahan dari Allah yg datang tanpa kita ketahui darimana dan akan tertuju kepada siapa”
“iya nak sekarang nak reza bisa pulang dan ibu sudah tahu siapa pelakunya dan sudah tertangkap pihak yang berwajib”
“iya bu syukurlah semoga pelakunya bisa mersakan apa yg ia perbuat terhadap wira dan mau bertobat ya bu”
“iya nak” aku keluar kamar meninggalkan ibu iyem dengan jenazah anaknya wira
Diperjalanan pulang aku memikirkan
kejadian hari ini kufikirkan anissa, ustad soleh, dan teman temanku, sangat
sulit kupercaya pencerahan dan azab bisa datang kapan saja, dari siapa saja dan
kepada siapa saja,sekarang joko dan ucup ada dirutan untuk mempertanggung
jawabkan perbuatanya, wira sudah pergi meningglkan dunia, anissa mungkin sibuk
beribadah sambil belajar dan aku mungkin hanya sebuah bulan yang bersinar
akibat pantulan matahari, lalu kembali memantulkanya kepada bintang bintang
disekitar dan akan membuat malam ini lebih indah dari malam malam sebelumnya.
O’iem Dos Santos
10 Oktober 2012