Jumat, 28 September 2012

Penjaga Toko Souvenir




       Sejuk sekali udara pagi yang kuhisap dipulau ini, pulau yang biasa disebut dengan pulau dewata ini , seluas mata memandang terdapat gambaran pemandangan yang sangat indah. Suasana pantai yang sangat alami dan hembuasan angin yang langsung membawaku dalam kesejukan. Senang sekali rasanya mendapat tugas kerja dipulau ini, walaupun aku lebih suka mengajar dijakarta tapi sudah menjadi tugas seorang guru untuk mengajar dimana saja maklum aku masih honorer baru juga lulus setengah tahun lalu, lagi pula ini permintaan temanku untuk menggantikanya mengajar disini karna ia sedang ada urusan. ya terima saja,lagipula ini hanya untuk dua bulan saja dan aku bisa kembali lagi kejakarta.
***
   Disaat kedua kakiku melangkah berjalan menuju pantai tiba tiba pandanganku tertuju kepada seorang wanita yang sedang menyandarkan bahunya di sebuah kursi yang lumayan panjang di depan sebuah toko souvenir. Aku terus memandanginya seperti pernah kulihat wanita itu , tapi aku lupa siapakah sebenarnya wanita yg sedang duduk didepan toko souvenir itu, aku terdiam dan terus memikirkanya.
Aha.. aku ingat ternyata dia adalah temanku dibangku SMA sewaktu itu kami memang tidak pernah sekelas tetapi sudah saling mengenal.
Kuhampiri dia dan diapun melihatku agak tajam seperti sedang mengingat ingat bahwa aku ini siapa. Dan ternyata benar kami memang sudah saling kenal.
“kamu cristy widyani kan siswi SMA 91 ?”
“iya.. hmm  lo siapa ya ?”
“gue mancung, lupa ya ?”
“oh iya si mancung..  hmm nama asli lo prastio kusuma kan ? siswa yang selalu dipanggil ke ruang BK itu, hehe”  jawabnya dengan sedikit tertawa.
Ketika SMA aku memang sering dipanggil oleh Ibu Guru ke ruang BK karna kebiasaan ku yang selalu telat padahal aku selalu sampai sekolah tepat waktu, tapi aku selalu mampir ke warung terlebih dahulu sekedar menghisap satu batang rokok sebelum ke kelas, maka dari itu aku sering sekali dipanggil.
“haha.. sudahlah itu kan dulu sekarang kan sudah berbeda” jawabku dengan agak malu ketika ia mengungkit masa laluku yg buruk itu.
“oia, ngomong ngomong lo lagi ngapain ty disini, ada janjian ya ?”
“tidak pras hanya sekedar mencari angin saja di dalam pengap sekali”
“hmm elo kerja toko souvenir ini apa sedang belanja ty ?”
“gue kerja di toko souvenir ini pras”
“lah, bukanya elo kuliah ty ,hmm kuliah sambil kerja ya ?”
“tidak pras” jawabnya lesu dan tidak  lama kemudian tiba tiba air matanya menetes
“eh kenapa ty, maaf gue salah nanya ya ?” tanyaku heran
“tidak kok pras, hmm gue belum cerita sama siapa siapa mungkin”
“cerita apa ty”
“iya awalnya gue kemari memang buat kuliah, tapi ketika awal semester 3 semua berubah”
dan ia kembali meneteskan air matanya lagi hingga matanya memerah, tidak lama kemudian ada seorang lelaki keluar dari toko souvenir itu entah pemilik atau hanya atasannya dan berteriak dengan nada kasar.
“cristy ! sedang apa kau diluar,didalam sedang sibuk bukanya kerja membantu yang lain malah duduk bersantai diluar , cepat masuk !”
“iya bli,aku segera kedalam”
ia mengambil secarik kertas dari sakunya dan berkata
“tulis nomer HP lo ya pras,nanti lipat dan letakan saja dibawah kaki kursi ini nanti akan aku ceritakan semuanya ”
kuturuti permintaanya seperti sedang terhipnotis olehnya, dan sedikit binggung tentang apa yang terjadi padanya, 4 tahun yang lalu ia meniggalkan Jakarta dan tinggal di bali untuk kuliah tetapi saat kutanya kuliah, dia jawab tidak. ya sudahlah nanti juga aku akan tahu karna ia sudah berjanji akan bercerita kepadaku, mending aku ketempat tujuan pertamaku yang sudah kurencanakan sejak masih dijakarta yaitu ke pantai kuta,pantai yang dipenuhi wisatawan asing itu.
***
    Matahari sudah terletak dimana hanya butuh sekitar 5 menit lagi sebelum ia tenggelam, dan aku pun bersiap pulang ke rumah kontrakanku yang kutempati disini, diperjalanan pulang kudapati seorang penjual bunga bunga  dan kubeli beberapa tangkai mawar untuk menghiasi kontrakanku yang masih sangat asing bagiku karna aku masih baru menempatinya. Tak lama kemudian HP ku berbunyi mungkin ini sms dari cristy dan ternyata benar,dia mengatakan “pras ini aku cristy ceritaku terlalu panjang untuk diceritakan disms, sebentar lagi toko tutup dan aku sudah bebas dari kerjaan jika kau mau menemui aku,aku ada di kursi panjang dekat toko ku ini kok” tanpa pikir panjang aku langsung pulang untuk sekedar mengganti pakaian, meletakan belanjaanku dan langsung menuju toko souvenir tempat cristy bekerja, aku berjalan dengan penuh pertanyaan besar dan sangat penesaran tentang apa yang menimpanya dan tak lupa kubawa setangkai mawar yang kuharap dapat menghiburnya. Kudapati Cristy sedang duduk sendirian sambil memainkan HP miliknya.
“hai cristy, sudah lama ya ?”
“eh pras, ngga kok ,gue pikir lo ga dateng pras abis sms gue ngga lo bales sih”
“hehe datang kok gue ty, buktinya gue ada disini hehe, iya lagi ngga ada pulsa nih”
“oia hmm tadi yang mau lo ceritain itu apa ty ?” tanyaku lagi masih penasaran
“oh iya maaf tadi terpotong karna bos ku keluar ”
“oh itu bos mu ty pantas saja sok ngatur gitu kalo Cuma pegawai biasa sudah kuhajar dia hahaha”
“hahaha bisa aja kamu pras, oia sebenernya ini masalah pribadiku dan baru kau lah yang aku ceritakan ,sebenarnya aku dulu memang kuliah tapi hanya 2 semester, karna perusahaan ayahku mengalami kerugian yang sangat besar sehingga mengakibatkan perusahaan Ayah, rumah kami dan harta benda kami disita oleh bank, Ayah tidak memberi tahu aku soal itu, tiba tiba saat uas namaku tidak terdaftar karna belum menyelesaikan registrasi, barulah aku tanyakan pada mereka dan mereka baru mau angkat bicara tentang yang terjadi sungguh sulit mempercayainya, sebenarnya mereka ingin mengembalikan aku kejakarta tapi mereka tidak memiliki uang sama sekali dan hanya cukup untuk kebutuhan sehari hari, keluarga ayah disini pun begitu hanya pas pasan sehingga menetaplah aku disini bertahun tahun, untung aku disini tinggal bersama saudaraku, kalau tidak ada mereka mungkin sudah menjadi orang pinggiranlah aku ini”
sungguh malang nasib gadis ini padahal ia jauh jauh kepulau ini untuk menuntut ilmu sampai menjadi sarjana ,tapi hanya menjadi seorang pegawai toko souvenir.
“gue turut perihatin ty atas musibah yang menimpa keluarga lo, mungkin ini sudah takdir yang kita harus terima dan roda kehidupan yang terus berputar, ya terkadang kita berada di atas dan tiba tiba bisa langsung turun berada dibawah”
“iya pras tapi jujur gue kangen banget sama Ayah dan Ibu gue ,kerjaan gue gajinya minimalis banget pas pasan buat biayaan belanja makan, ya buat dukumpulin masih lama banget, oia elo sendiri pras bisa ada disini, lagi liburan ya ?”
“ngga kok gue lagi gantiin temen gue ngajar di sini”
“oh lo jadi guru ya ?hahaha”
“kenapa ty kaget banget dah kayanya ?”
“iya abis siswa yang paling bandel kaya lo bisa jadi guru pras hahaha”
“haha itu kan dulu sekarang ya sekarang, oia gue Cuma 2 bulan doang kok ty, hmm kalo lo emang bener bener mau balik ke Jakarta bareng gue aja nanti masalah dana gampang”
“ah serius pras, gausah lah nanti ngerepotin”
“gapapa kok mumpung gue ada rejeki lebih”
“serius pras ?”
“iya cristy widyani”
“terimakasih banyak ya pras”
“eh tapi ada syaratnya ty”
“apa pras syaratnya ?,udah seperti kuis saja ada syarat syarat segala”
 “ngga ribet kok cuma selama 2 bulan gue tugas disini lo musti temenin gue ya, biar ga kesepian gue ty hehehe”
“haha kirain apaan ,oke deh bos !”
“oia nih ada mawar buat permintaan maaf gue tadi siang karna udeh buat lo ngeluarin air mata lo”
“ah ada ada aja lo pras gue aja udah lupa kok”
“gapapa simpan aja buat lo, kan jarang jarang gue ngasih mawar ke elo ty,oia udah malem nih ,mau gue anter pulang ga ?”
“boleh boleh”
kuantar dia pulang kerumah bibinya tempat ia tinggal yang kebetulan tidak jauh juga dari kontrakanku jadi tidak kesepian lah aku disini dilingkungan tempat tinggal baru ku ini, senang sekali rasanya telah membantu menenangkan masalah hidupnya yang mungkin selama ini membebaninya dan terus mengganjal difikiranya .



O’iem dos santos 

Jakarta 25 September 2012

Selasa, 25 September 2012

Sebilah Simbol Ksatria



Jembatan bintang-bintang malam bagiku sekarang terasa lebih asing malam ini, lebih kelam dari malam yang biasanya. Meski mereka berdansa riang di atas kepalaku.
                “Bintang-bintang itu indah sekali” ucap Ibuku memandang langit di kejauhan.
                “Tidak lebih indah daripada saat kita duduk bersama Ayah” balasku lirih, “Seandainya para kompeni itu tidak menembak mati ayah di medan pertemp…”.
                “Sudah cukup! Ayahmu telah memilih jalannya untuk berjuang, tak usah kau ungkit kembali!” suara keras Ibu mengguncang seluruh tubuhku hingga terdiam. Suasana hening terasa menggelayuti kami berdua, tak ada yang berkata.
                hingga, tiba-tiba terdengar derap kaki kuda dari kejauhan. Kulihat di atasnya duduk tubuh sesosok manusia yang diliputi kegelapan seakan menunduk, entah mungkin tengah terluka.
                “Astaga ada orang terluka!” teriakku.
                “Dimana?!”.
                “Itu!” segera kuambil langkah seribu menyambut tubuh lunglai yang akan ambruk menghujam rerumputan tanah.
“Astaga, kompeni!” kuambil sebilah golok dari sarung di pinggangku, kuarahkan di atas lehernya.
                “Apa yang kau lakukan?” terdengar suara Ibu berlari menyusulku.
                “Dia kompeni, bu!”.
                “Jangan kau bunuh dia! Kau adalah seorang ksatria, tak lebih buruk jika kau membunuhnya”.
                “Tapi bu!”.
                “Bawa dia ke dalam rumah”.
                Kutarik golok yang kuarahkan di lehernya.
                “Cepat bawa dia, apalagi yang kau tunggu!”.
                Beribu pikiran berkecamuk dalam kepalaku, amarah dan bau hawa ingin menuntut dendam terus memecut seluruh jiwa hingga saat sang surya menyelinap keluar menunjukkan wajahnya. Demi melampiaskan amarahku, kuambil sebilah golok. Bergerak mengayun membelah udara memecah setiap darah-darah yang malas untuk bergerak, hingga bercucuran keringat disertai tubuh yang mulai terasa segar karena gerakan-gerakan ilmu bela diri serta udara pagi yang berhembusan di padang ilalang.
                Sekilas kulihat dari balik pintu rumah. Dengan balutan perban luka di seluruh tubuhnya, ia melihatku, kompeni itu. Dengan segera gejolak amarahku mengalir kembali begitu deras. Ku acungkan dari kejauhan golok yang kugenggam ke arahnya. Dia berjalan tersaruk menuju ke arahku.
                “Bedebah! Berani kau!” kugemakan teriakan.
                Dengan segera dari balik rumah Ibuku berjalan dan menarik tubuh si Kompeni, membawanya kembali masuk ke dalam rumah. Ya rumahku dan Ibuku.
                “Haruskah Ibu sampai berbaik hati merawat manusia hina itu!” geram seluruh tubuhku.
                Kupalingkan tubuhku berjalan pergi, entah ke mana.  Tubuh ini seakan bergerak sendiri tanpa ada perintah yang diberikan oleh otak untuk bergerak. Terus berjalan tanpa niat untuk pergi ke mana.
                Sesaat kegaduhan menyadarkanku dari lamunan, dengan rasa penasaran yang tinggi dan hawa bertarung yang meyakinkan aku bahwa di sana sedang terjadi perkelahian semakin membuat tubuhku bergerak dengan cepat menuju kegaduhan itu. Kulihat beberapa orang pribumi berpakaian seragam tentara kompeni sedang menendang seorang Bapak-bapak tua yang di sampingnya berserakan berbagai macam sayuran dan patahan-patahan kayu yang ku tahu itu adalah kayu penyangga kaki meja yang telah rusak di sana. Empat orang dapat kuhitung jumlah para pribumi itu.
                Dengan hawa bertarung yang sangat besar kucabut golokku. Ku berlari menyerang ke arah para pribumi itu, dengan sekuat tenaga seorang pribumi berhasil kutebas dadanya hingga tewas. Melihat teman mereka mati, salah seorang pribumi dan yang lainnya menembakkan senapannya ke arahku. Tapi tak berguna, aku dapat menghindari semua muntahan-muntahan bola besi dari senapan mereka. Kuberikan serangan balasan kepada mereka, dua orang telah terbujur kaku tapi satu orang berhasil melarikan diri walau dengan luka yang amat sangat parah.
                 Kusarungkan kembali golokku. Kulihat kerumunan orang-orang yang memperhatikanku, tak ada ucapan atau sorak sorai pahlawan yang terdengar. Hanya tatap mata nanar di mata mereka.
                “Pergilah kau! Kau hanya akan menambah kekacauan di sini” Bapak tua itu berbicra padaku sembari menutupi luka di keningnya dengan tangan.
                Dengan kekalutan amarah kembali ku berjalan pulang. Hingga sore harinya kulihat Ibu tengah duduk.
                “Sudah pergi ya kompeni itu? Sialan padahal belum kunikmati ketika kutebas lehernya” kulihat tangan Ibu tengah menggenggam sesuatu, “Keris Ayah!”.
                “Tuan Pellelaer yang memberikannya padaku” ucap Ibu.
                “Dia yang membunuh Ayah!”.
                “Entah, dia datang mencari kita untuk memberikan keris ini sebagai permintaan Ayahmu sebelum dieksekusi”.
                “Bajingan! Segera ku melompat membuka pintu, keluar.
                Tiba-tiba sebuah letusan senapan menerobos merobek bahu kananku.
                “Arkkkhhh!”.
                “Cepat bunuh dia!” teriak seorang kompeni yang duduk di atas kuda sembari mengarahkan senapan pistol yang moncongnya telah diselimuti asap yang mengembang ke angkasa. Puluhan pribumi berseragam kompeni berlari menghunus pedangnya.
                Kulihat Ibuku berdiri dibelakang melihatku hingga kaget. Segera kubangkit dan kucabut golokku. Berlari menterang sembari menahan sakitnya luka tembak pada bahu kanan. Pertempuran begitu sengit, ribuan kilatan cahaya pedang beradu disertai rentetan peluru datang menghujam tapi tak satupun yang kembali berhasil melukaiku. Ibuku hanya bisa melihat sembari bersembunyi dari balik pintu rumah, seakan tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya.
                Berpuluh-puluh yang telah aku bunuh, pertarungan pun tak kunjung selesai. Hingga akhirnya aku harus roboh akibat beberapa tembakkan yang bersarang di beberapa tempat di kakiku. Sekarang aku harus tak berdaya, tapi tak ada penyesalan yang aku rasakan karena aku kan mati dengan sebuah kebanggan.
                Seorang kompeni berdiri di hadapanku, mengacungkan senapan pistolnya ke arah kepalaku. Dia mengucapkan beberapa patah kata dalam bahasa yang terdengar asing bagiku, namun dapat kudengar dari pengucapnnya bahwa amarah meliputinya.
                “Hentikan!” sebuah teriakan dari kejauhan menggema sembari diiringi derap kuda yang terus dipacu.
“Jendral” ucap kompeni yang berada di hadapanku.
“Jangan kau bunuh dia”.
“Apa maumu?!” teriakku kencang.
“kenapa?” Tanya si Kompeni.
“Dia telah menyelamatkan hidupku”.
Dari kejauhan Ibuku berlari keluar rumah dan segera memelukku. “Apa-apa kau bajingan?!”.
“Maafkan aku?”.
“Bangsat masih berani kau meminta maaf padaku!” kalutku marah, “ Kau telah membunuh Ayahku dan sekarang kau meminta maaf. Bajingan kau!”.
“ Ayahmu telah menolongku. Dalam pertempuran seharusnya dia telah membunuhku, tapi dia malah berbicara dan menyerahkan hidupnya kepadaku”.
“Tidak mungkin!”.
“Ya, dia berbicara agar aku berhenti untuk menindas rakyatnya. Dia memohon untuk tidak ada lagi penindasan, pertumpahan darah, dan penjajahan. Dia menangis dihadapanku sembari berkata aku tidak berjuang di medan tempur, rakyat tetap menderita dan ketika aku berjuang di medan tempur, rakyat semakin menderita” Pellelaer bersujud di hadapanku, “Maafkan aku?”.
 “Jendral apa yang kau lakukan?”.
“Aku telah berteman dengan dia dan dari cerita dia, aku mengetahui keadaan rakyat” Pellelaer terus berbicara padaku, ” Sebelum dia dieksekusi dia memintaku untuk memberikan kerisnya kepada kalian. Sebilah simbol ksatria”.


Ridwan

Terlantar ?



“Hidup mahasiswa, hidup rakyat indoensia. Hidup mahasiswa, hidup rakyat Indonesia. Hidup mahasiswa, hidup rakyat indoensia.”
Itulah seruan yang seringkali dilakukan oleh para mahasiswa ketika sedang melakukan demonstrasi. Dengan almameternya yang berkonstruksi, mahasiswa begitu semangat berkoar-koar dalam demonstrasinya.
Dari kolong-kolong jembatan aku sering melihat para mahasiswa berdemonstrasi untuk memperjuangkan hak rakyat. Aku memahami dan memperhatikan kenapa mereka begitu semangatnya memperjuangkan hak-hak rakyat melalui aksi demonstrasinya. Pernah suatu saat ketika aku sedang berjalan, aku mndapatkan mahasiswa sedang beramai-ramai berkumpul di jalan. Pikirku mereka hanya berkumpul saja. Ternyata tidak. Sekumpulan mahasiswa tersebut membawa sebuah spanduk besar yang bertuliskan “WAHAI PEMERINTAH TOLONG PERHATIKAN PASAL 34 AYAT 1 UNDANG-UNDANG DASAR (UUD) ’45.” Sontak aku bertanya-tanya dengan tulisan yang memang sepertinya sengaja dibuat huruf besar semua.
”Itu kok tulisan di spanduknya huruf besar semua ya? Seperti tulisan sms kamu aja kalao marah ke aku yank.” Terdengar suara  seoarang wanita terhadap laki-laki yang berada disebelahku. Sepertinya mereka berdua adalah sepasang kekasih yang tengah di mabuk asmara. Dan akhirnya aku paham sekarang kenapa tulisannya sengaja di buat huruf besar. Ternyata mahasiswa ini marah terhadap pemerintahan.
Aku terus bertanya-tanya dalam hatiku apa isi pasal 34 ayat 1 itu. Apa maksudnya. Meski aku orangnya tak peduli terhadap demo-demo seperti ini karena menurutku berdemo hanya mengganggu aktivitas masyarakat saja. Itu pun kalau berdemo berlangsung secara anarkis. Namun tidak dengan demo yang satu ini. Hati dan pikiranku terasa penasaran sekali dengan tulisan yang tertimbun di spanduk itu. Entah apa yang membuatku menjadi seperti ini. Ketika aku sedang berpikir tentang pasal 34 ayat 1, tiba-tiba saja mataku terarah ke spanduk yang lainnya. Di atas sehelai kain spanduk itu bertulis sebuah kalimat yang menggetarkan hatiku, isi kalimat itu ialah, “Pahamilah isi pasal 34 ayat 1 ini wahai pemerintah. Isinya: orang miskin dan orang-orang yang terlantar dipelihara oleh Negara ([asal 34 ayat 1).” Kali ini hurufnya ditulis dengan huruf kecil saja. Aku tak tau kenapa alasannya kalau sekarang.
Lanjutlah aku mempertanyakan isi pasal tersebut. Dalam hatiku berkata,”kalau memang benar pasal itu berisikan hal demikian, berarti selama ini aku harus meminta pertanggungjawaban kepada Negara yang dikuasai oleh pemerintah. Namun yang aku bingungkan kepada siapa pertanggungjawaban itu ditujukan. Ke pemerintahkah? Karena menurutku pemerintah punya kewajiban untuk menyejahterakan rakyatnya. Atau mungkin kepada para habib? Ah sepertinya itu tidak mungkin juga. Karena para habib di Indonesia pasti sibuk dengan dakwahnya yang kerap kali menutup jalan-jalan umum untuk melangsungkan acara dakwahnya. Pemerintahlah yang menurutku seharusnya bertanggungjawab. Sebab, kata “Negara” yang tertulis di pasal 34 ayat 1 itu maksudnya ialah untuk mereka yang mengurusi rumah tangga segala Negara. Mereka itu tentu saja pemerintah. Tapi yang menjadi pertanyaan selanjutnya ialah bagaimana caraku agar meminta pertanggungjawaban atas keterlantaranku? Ah sudahlah makin pusing saja aku memikirkan yang belum jelas dasar-dasarnya bagiku.
Syahdan, dari sekian banyak para mahasiswa yang berdemonstrasi, ada satu mahasiswa yang membuat pandangan mataku terus terpana pada mahasisa tersebut. Terlihat di sebelah sisi kiri dadanya terukir sebuah nama Noto Nogoro. Melihat nama tersebut aku sejenak teringat akan kemistikan nama Noto Negoro.
***
Aku pernah mendengar seorang Budayawan memfilosofikan nama yang penuh dengan kemistikan itu. Disebuah acara bakti social ia pernah mengatakan,“No-To-No-Go-Ro merupakan singkatan dari para pemimpin yang sudah dan yang akan memimpin bangsa Indonesia ini. “No” itu berarti Soekarno. “To” itu berarti Soeharto. Lalu “No” yang lainnya ialah Yudhoyono. Mereka kesemua itu yang masuk dalam hitungan no-to-no-go-ro yang akan membawa dampak yang cukup besar bagi bangsa Indonesia ini. Kabarnya, jika no-to-no-go-ro sudah terisi semua maka Negara Indonesia ini akan menjadi makmur.”
Belum jelas bagiku apakah statement itu hanya guyonan saja atau mungkin serius. Aku terus memikirkan teka-teki nama yang belum terpakai, yaitu “Go” dan “Ro”. Apakah “Go” dan “Ro” ini memang benar ada atau tidak. Atau mungkin bahkan Go dan Ro ini sedang dipingit. Entahlah. Mudah-mudahan Budayawan tersebut hanya main-main saja dalam mengeluarkan statement tersebut. Karena ini sama saja mengkultuskan sesuatu yang kurang berdasar asal-usulnya. 
***
Wajahnya yang penuh dengan keheroikan serta omongannya yang paling berkoar-koar, membuat mataku terus tertegun pada sosok laki-laki itu, Noto Nogoro. Panasnya matahari tak menghalanginya. Tangannya mengepal sambil menaik-turunkan seraya mengatakan, “Hidup mahasiswa, hidup rakyat indonesia. Lakukan reformasi. Berantas semua KKN.”
“Dar..der…dor,” suara senapan tiba-tiba berdentung. Sekelompok orang berpakaian aparat melepaskan tembakan. Tidak semua tentara membawa senapan. Bagi tentara yang tidak membawa pistol, mereka hanya memukul-mukuli para demonstran.
Secepat kilat aku langsung membereskan botol-botol minuman bekas. Lalu aku langsung memasukinya ke’ keranjang kehidupanku’. Lansung saja aku berlari mencari tempat yang aman. Tanpa pikir panjang, seperti mendapat wahyu saja aku langsung berlari ke bawah jembatan kali. Pikirku di bawah jembatan itu akan aman. Berdiamlah aku sejenak dibawah jembatan itu. Gemercik air memberikan suara yang sedikit meneduhkan keteganganku. Aku letakkan ‘keranjang kehidupanku’ di tempat yang tidak terkena air.
Tidak lama berselang ada suara seperti benda jatuh ke kali.
“Jebuuuur..,” seperti suara benda yang jatuh ke air. Mataku langsung menuju kearah suara benda yang jatuh ke air tersebut. Ternyata bukanlah benda yang jatuh, melainkan seorang manusia yang mencemplungkan diri ke kali yang sama denganku. Dengan langkah yang berat karena berjalan di bawah air, orang tersebut akhirnya sampai juga di tempat bawah jembatan kali. Sekitar jarak 5 meter dia tepat di depanku. Badannya yang membelakangiku membuat aku tidak bisa melihat raut wajahnya. Apakah takut, gembira, sedih, atau bahkan mungkin kecewa.
Berjongkoklah orang tersebut didalam kubangan air kali. Semakin penasaran aku dengan orang itu. Apa yang sebenarnya ia lakukan di bawah jembatan kali itu. Apakah dia bertujuan yang sama denganku, yaitu mengumpat dari kericuhan demonstrasi tersebut. Ataukah dia hanya orang gila yang ingin mencari tempat perenungan.
Dengan langkah yang perlahan aku mencoba mendekatinya. Sekitar jarak 2 meter dari tubuhku orang ini tidak bergeming sedikitpun. Orang ini terus berjongkok. Setapak demi setapak aku dekati terus orang ini. Ketika aku akan ingin menepuk punggungnya, kepala orang ini dengan cepat kilat langsung menoleh ke arahku. Wajahnya takut, pucat pasi.
“Oh Tuhan ternyata orang ini yang tadi aku perhatikan saat unjuk rasa berlangsung. Dialah Noto Nogoro,” kataku dalam hati.
Aku saling bertatap-tatap muka bagaikan dua orang yang saling mengagumi satu sama lain.
“Sedang apa kau disini?” tanyaku
“Saya sedang mengumpat.”
“Mengumpat dari apa? Dan dari siapa?”
“Saya mengumpat dari kejaran para aparat.”
“Kenapa kau harus takut pada aparat? Padahal kau ini kan mahasiswa? Presiden saja takut kepada mahasiswa. Mahasiswa itu kan pintar.” tanyaku dengan polos.
Dia pun menjawab,“para aparat itu menggunakan senjata, pak. Sedangkan aku tidak punya senjata untuk melawan. Kalau seandainya aparat itu tidak memakai senjata aku jiga berani melawannya. Saya ini mahasiswa, orang yang berpikir intelektual, tidak sepatutnya membalasnya dengan kekerasan atau anarkhis juga. Bagi aparat yang melakukan penembakan serta pemukulan kepada mahasiswa, itu tandanya aparat tidak punya rasa kemanusiaan. Dan aparat tersebut juga telah melanggar hak asasi manusia. Padahal aparat dan mahasiswa itu sama-sama warga Negara Indonesia. Yang semestinya harus bersatu. Bukan malah saling  melawan satu sama lain. Ataupun memusuhi antara sesama warga Negara Indonesia. Musuh kita semua ini saat ini adalah kemiskinan, korupsi, dan kebodohan.”
Lalu aku langsung bertanya lebih jauh lagi. “Bukankah negara kita kaya? Kenapa kita harus melawan kemiskinan?”
“Dengarlah sepenggal bait puisi dari W.S Rendra yang berjudul ‘orang-orang miskin’ ini: Jangan bilang Negara ini kaya kalau masih ada rakyatnya yang memakan bangkai. Dan jangan bilang Negara ini kaya hanya karena gedung-gedung tinggi yang ada di ibu kota. Memang benar jika dikatakan Negara kita kaya jika dilihat dari sisi alamnya. Namun kekayaan alam akan tertimbun jika hati dan moral para penguasa negeri ini masih miskin. Alhasil, kekayaan alam Negara ini tidak akan bermanfaat sama sekali. Tidah berharga!” sahut mahasiswa itu.
Aku sebagai orang yang tidak begitu luas wawasannya, merasa sangat bangga sekali bisa bertemu dengan mahasiswa yang namanya penuh dengan kemistikan ini, Notonogoro.
“Deeer…Daar….Dooor,” lagi-lagi suara tembekan terdengar. Dengan cepat aku lekas menyelamatkan diri. Saat itu pula aku terpisah dengan mahasiswa jenius itu. Aku tak tahu bagaimana nasib Notonogoro kala itu. Apakah selamat atau tidak. Yang pasti aku sangat kagum dengan pemikirannya. Begitu lugasnya ia menjelaskan tentang kemanusiaan dan hak-hak manusia. Aku merasa ingin tahu soal banyak dari pengetahuannya.
Sepanjang perjalananku pulang ke rumah aku selalu terbayang kata-kata dari mahasiswa itu. Dari hasil percakapanku dengan Notonogoro itu aku jadi berpikir kenapa Negara ini tidak berkemanusiaan yang adil dan beradab? Kenapa hidupku menjadi terlantar di negeri ini?

Harsaid Yogo

ANAK AYAH



      Udara pagi ini sejuk sekali mugkin lebih sejuk dari hari kemarin ,kuambil cangkir lalu kutuangkan bubuk kopi, gula beserta air panas didalamnya ,rasanya sudah sangat lama aku tidak menikmati masa pagi ku ini padahal umurku masih belasan dan masih ingin bebas seperti teman temanku yang lain ,yang tak ada beban di akhir bulan dan tidak perlu susah payah untuk mencari sesuap nasi untuk dimakan.
     Ya inilah asam garam kehidupan ,siapa yang mau berusaha pasti akan bertahan ,sering sekali aku bertanya-tanya kepada Tuhan kenapa diumurku yang masih sangat muda ini aku sudah harus merasakan kerasnya kehidupan yang semestinya kurasakan ketika aku dewasa nanti.
Tiba tiba ayah datang dalam lamunan pagiku ini dan bertanya
“Hilman, belum berangkat kau ?”
“Belum yah”
“kenapa kamu belum berangkat nak ?”
“nanti yah, setelah kopiku habis pasti aku berangkat”
“oh yasudah ayah berangkat dulu ya man”
“iya yah”
beginilah kehidupan ku sekarang tak bisa santai sejenak lagi,tak seperti dulu saat masih bisa meminta kepada orangtuaku untuk membeli ini, itu, dan apa saja yang kusuka.
      tak tahu harus menyalahkan siapa tapi yang jelas sekarang ibuku sudah tek perduli lagi dengan kami, tak perduli dengan aku ,Ayah dan adiku shinta , disaat aku sedang sakit parah saja dia sama sekali tidak datang jagankan membiayaiku dan mengurusku, untuk menjenguku sebentar saja dia tidak mau, untung aku msh ada tabungan dari hasil narik angkotku dan sedikit uang hasil ayah ngojek untuk berobat diriku dan sedikit bantuan dari teman temanku.
    
***
      Matahari di pangkalan terik sekali padahal baru jam delapan, sudah biasa lah seorang supir angkot harus berpanas panasan.
“Man ,lo mau narik ga ?” Tanya temanku jono yang seorang supir juga
“angkot siapa jon,yaudeh sini gue yang bawa”
“nih angkot gue aje, gue mau kebekasi dulu man ada urusan”
“yaudah lo balik jam berape jon ?”
“udeh nanti kalo duit setoran ama kelebihan lo udeh dapet langsung kandangin aje mobilnye lebihnye lo ambil aje semua, storanye baru lo kasih gue”
“sip ,makasih nih jon”
“sama sama man”
       beruntung sekali ku punya sahabat seperti dia,kalau bukan karna dia mungkin aku takkan bisa membawa mobil ini dan mungkin menjadi gelandangan karna tak memiliki tempat tinggal lagi. Andai saja ayah tidak di PHK dari kantornya  dan tidak suka bertaruh mungkin dia tidak akan menjual rumah kami untuk melunasi hutang-hutangnya karna kalah bertaruh itu,dan mungkin semua akan baik baik saja sampai sekarang, Ibu tidak akan pergi dan mencari suami baru, kami akan tinggal mapan ,aku tak perlu kewalahan di akhir bulan untuk membayar kosan karna penghasilan ayah sebagai tukang ojek tidak seberapa dari pada hasil narik angkotku.

***
       Matahari sudah sampai di titik akhirnya, dan Alhamdulullah aku mendapatkan rejeki yang lumayan banyak hari ini , sehingga rasa lelahku terbayar sudah , dan segera aku memarkirkan mobil yang biasa jono bawa ini kepada tempat parkirnya semula lalu membeli makanan untuk aku ayah dan adiku makan malam ini.
kudapati adiku sedang duduk didepan kosan yang kami tempati ini sambil menyeruput teh manis, dan tak lama melihatku dan bertanya.
“kak hilman sudah pulang ?”
“iya sin, ayah sudah pulang belum ?”
“sudah dari jam 4 kok kak,dan langsung tidur”
“oh, ayo masuk kita makan bersama kakak bawa makanan nih”
“iya kak”
      aku dan adiku masuk lalu membangunkan ayah untuk makan bersama , jarang sekali kurasakan suasana seperti ini, biasanya hanya aku dan adiku yang makan bersama jarang sekali ada ayah karna ayah selalu pulang larut malam. Dan kini Ayah lah satu satunya orangtuaku yang harus selalu kujaga seperti ia menjaga ku dan adiku yang ditinggal pergi oleh perempuan yang takkan pernah aku ingat lagi sebagai orang yang melahirkan ku itu..



 O’iem Dos Santos
 Jakarta 20 September 2012

Jumat, 21 September 2012

BASKET BONBIN



Hari itu adalah pertandingan final kompetisi basket antar spesies binatang di kebun binatang nasional negeri antah berantah. Seluruh binatang yang tentu saja bukan pemain yang akan berlaga telah memenuhi tribun stadion basket Animalea Arena. Sorak-sorai penonton riuh rendah menggema ke seluruh penjuru stadion, padahal pemainnya belum dipanggil satu-persatu untuk masuk ke lapangan. Pertandingan hari itu merupakan final yang menentukan antara tim Shaggy yang anggotanya terdiri dari lima ekor monyet ditambah empat monyet lain sebagai cadangan, melawan tim The Kongo Alliance yang terdiri dari lima ekor lutung ditambah tiga lutung lain sebagai cadangan juga. Mereka merupakan wakil dari masing-masing daerah di mana mereka berada. Tim Shaggy adalah wakil dari daerah timur, sedangkan tim The Kongo Alliance mewakili daerah barat. Tim Shaggy maju ke babak final setelah sebelumnya mengalahkan tim Lizard Wrack dengan hasil akhir 18 – 14 untuk tim Shaggy, sedangkan tim The Kongo Alliance lolos ke final dengan mengalahkan tim Tiger Scissors dengan skor akhir cukup tipis, 693 – 6 untuk kemenangan tim The Kongo Alliance.
Ketika suara panitia mengumumkan bahwa para pemain antar kedua tim akan memasuki lapangan, suara penonton lebih ramai lagi. Jauh lebih ramai apabila dibandingkan dengan ketika mereka menghadiri acara pemakaman. Para pendukung masing-masing tim sangat ingin tim yang mereka dukung itu menang. Sebab, siapapun tim yang menang hari itu akan memenangkan hadiah uang tunai 4,2 miliar DKB alias Dolar Kebun Binatang.
Para pemain kedua tim memasuki lapangan. Wasit kura-kura memimpin jalannya pertandingan. Sekadar info, kompetisi yang dinamakan Death Champ Basketball ini adalah kompetisi yang hanya terdiri dari dua pilihan bagi tim yang mengikuti kompetisi ini : menang dengan angka sebanyak-banyaknya atau menang dengan menganiaya lawannya. Peraturan di kompetisi hanya satu, yaitu TIDAK ADA PERATURAN. Peraturan yang harus dipatuhi hanya tidak boleh mencelakai lawan. Terdengar bagus kan?! Itulah sebabnya, dari tahun ke tahun siapapun yang kalah pasti ada saja yang bermasalah. Baik fisik maupun mentalnya. Ada yang tangan kirinya patah, kakinya patah, ataupun kelaminnya patah ( kompetisi ini untuk kaum pria ). Bahkan, ada pemain yang depresi berat karena timnya kalah dengan sangat telak sehingga di pergi konsultasi ke psikiater. Saking beratnya beban mental yang pemain itu alami, akhirnya psikiater yang bersangkutan justru konsultasi ke pemain itu, dikarenakan psikiaternya juga depresi karena dia mengalami beban mental ketika meghadapi masalah yang menimpa pemain basket yang namanya tidak mau dan tidak akan pernah mau dicantumkan itu.
Kasihan sekali mereka. Semoga mereka mau bertaubat.
Kembali ke laptop, eh ke cerita. Ketika kura-kura (yang belakangan diketahui bernama Turtleoni) meniup peluit dan melempar bola basketnya ke udara tanda pertandingan sudah dimulai, salah satu pemain Shaggy berhasil memenangkan duel di udara. Namun, salah seekor pemain tim The Kongo Alliance merebut bola dengan kakinya dan langsung menendang bolanya ke arah keranjang tim Shaggy.
Masuk! Tiga angka pertama untuk tim The Kongo Alliance.
Bola dimulai dari tim Shaggy.
Pemain dari tim Shaggy mulai menggiring bola menuju daerah lawan. Lagi-lagi, salah seekor pemain tim The Kongo Alliance berhasil merebut bola yang kali ini menggunakan tangannya. Dia langsung melempar bola ke arah keranjang tim Shaggy dari jarak dua belas meter hanya dengan tangan kanan.
Masuk! Tiga angka tambahan untuk tim The Kongo Alliance.
Kembali bola untuk tim Shaggy.
Tim Shaggy berusaha untuk menunjukkan kemampuannya. Dua orang melakukan saling oper sambil berlari menuju daerah tim The Kongo Alliance. Mereka langsung melempar ke arah keranjang lawan.
Meleset! Naamun, salah seekor pemain yang kebetulan cepat sadar akan kegagalan tembakan rekan setimnya itu langsung meninju bola itu.
Masuk! Tim Shaggy mendapat dua angka.
Bola untuk tim Kongo.
Kemampuan tim Kongo yang tidak terbantahkan lagi-lagi diperlihatkan. Bola yang telah dioper langsung digulirkan ke lapangan, dan langsung ditendang ke arah keranjang tim Shaggy.
Masuk! Lagi-lagi tiga angka tambahan untuk tim Kongo.
Sekadar info (lagi), tim The Kongo Alliance adalah tim basket dengan tiga pemain unggulan. Mereka adalah Rick Kongo sebagai center, Karhan Kongo sebagai point guard, dan Verselanio Kongo sebagai shooting forward. Verselanio Kongo belum diturunkan pada quarter pertama. Hal ini disebabkan karena meskipun dia memiliki kemampuan menembak bola ke arah keranjang lawan dari jarak 60 meter (kemampuan ini untuk selanjutnya disebut dengan 60 metres-magnum shooter), namun persentasi staminanya sedikit di bawah rata-rata. Oleh karena itulah, dia hanya boleh diturunkan paling tidak pada awal quarter kedua.
Sambil melihat dari bangku cadangan, Verselanio melihat bahwa tim Shaggy sepertinya ingin memancing tim The Kongo Alliance untuk mengeluarkan seluruh kemampuannya. Ini merupakan salah satu kemampuan Verselanio yang lainnya, di mana dia mampu permainan lawan hanya dalam sekali lihat. Bahkan, waktu dia dan rekan-rekan setimnya mengalahkan tim Tiger Scissors dia langsung mengetahui strategi lawan hanya dari tempo detak jantung para pemain tim lawan. Luar biasa! Maklum, dia adalah pemain yang mendapat gelar MVAP (Most Valuable Animal Player) hingga 9 kali.
Mengetahui strategi lawan yang seperti itu, Verselanio langsung meminta pelatih tim The Kongo Alliance untuk mengambil time-out.
“Kawan-kawan, gue curiga mereka ingin kita mengeluarkan seluruh kemampuan kita. Strategi itu tujuannya sudah jelas, agar permainan kita bisa terbaca dan mereka akan mengantisipasinya lewat time-out. Saran gue, mendingan loe-loe pada jangan kebanyakan nampilin skill individu deh. Justru kita harus memakai strategi Shadow-Technique untuk meredam serangan dan melibas pertahanan mereka. Bagaimana!?” usul Verselanio kepada rekan-rekan setimnya.
“Oke, Vers! Kita akan melakukan itu. Tapi, siapa yang menjadi starter?” tanya Aldin Kongo yang menjadi shooting forward pada waktu itu.
“Pertama loe dulu, terus gue sama Legan maju ke depan,” jelas Verselanio. Legan Kongo juga shooting forward, sama seperti Aldin.
“Jadi, loe ikut main!?” Aldin terkejut.
Dan dimulailah strategi yang konon dapat membingungkan lawan itu. (Lagi-lagi) sekadar info, Shadow-Technique adalah strategi dasar yang memang menjadi bakat alami tim The Kongo Alliance. Inti dari strategi ini adalah operan bolak-balik dari seorang shooting forward yang diapit oleh shooting forward lainnya, lalu menembak secara tiba-tiba. Sebenarnya teknik ini sudah banyak yang mengantisipasinya, namun semua itu dipatahkan oleh kemampuan menembak jarak jauh yang dimiliki oleh tim yang sudah menjadi juara kompetisi Death Champ Basketball enam kali berturut-turut ini. Apalagi Aldin Kongo dikenal sebagai pemain yang mampu menembak bola dari jarak sepuluh meter sambil memalingkan wajah alias hampir tidak melihat. Memang benar-benar merupakan bakat alami yang mungkin hanya dimiliki oleh pemain berkemampuan tingkat tinggi.
Ketiga pemain unggulan tim The Kongo Allliance itu segera melakukan aksinya. Dengan bola yang berada dalam penguasaan Aldin, dia menuju daerah lawan. Namun, ternyata Verselanio dan Legan juga ikut maju beriringan, seakan-akan tim Shaggy akan diserang beramai-ramai. Namun, dugaan mereka salah. Serangan yang dilakukan dengan tiga shooting forward sekaligus bukanlah suatu strategi yang biasa dilakukan bahkan oleh tim basket profesional manapun. Sambil maju, Aldin mengoper bola kearah Verselanio. Tidak disangka, Verselanio langsung mengoper kembali kepada Aldin sebelum salah seekor pemain tim Shaggy berhasil merebut bolanya, dan Aldin langsung mengoper kearah Legan yang bebas tanpa ada yang menjaga. Legan langsung menendang bola operan Aldin di luar area tiga angka.
Masuk! Tiga angka tambahan untuk tim The Kongo Alliance.
Tim Shaggy tercengang. Mereka tidak menyangka kalau tim The Kongo Alliance punya strategi sedemikian rupa. Mereka merasa perlu mengatur ulang susunan pemain dan strategi baru untuk mengantisipasi strategi yang diluar dugaan ini.
Tim Shaggy segera meminta time-out.
“Ini gawat! Gawat banget! Bisa gila kalo terus-terusan kayak gini!” kesal Little Monkey yang menjabat sebagai shooting guard di tim Shaggy.
“Iya tuh! Kalo nggak ketemu strategi lain yang yahud, kekalahan udah depan mata nih. Depan mata!” omel center tim Shaggy sambil menunjuk-nunjuk pantatnya, The Ape.
“Sudah cukup! Begini saja, kita andalkan Mr. Brownizh dan Prime-Boy untuk menjaga shooting forward kanan-kiri. Nah, sisanya menjaga shooting forward yang di tengah. Mengerti!?” perintah Pak Simpans sebagai pelatih. Sebagai catatan, tim The Kongo Alliance tidak pernah memiliki pelatih sejak pertama kali tim ini dibentuk.
“Siap, Pak!” kompak anggota tim Shaggy.
Begitu memasuki arena pertandingan, lagi-lagi tim Shaggy dibuat bingung oleh susunan formasi tim The Kongo Alliance. Mereka menjadi bingung, karena tim The Kongo Alliance tidak menurunkan seekor shooting forward sama sekali. Justru mereka menurunkan tiga pemain cadangan sekaligus yang semuanya memiliki posisi pada shooting guard dan satu shooting forward sebagai pusat formasi tim. Ini sangat aneh sekali. Memangnya mereka tidak mau mencetak angka lagi? Itulah The Kongo Alliance, tim yang memiliki ratusan strategi yang bahkan dianggap sebagian pengamat basket kebun binatang sebagai “tim yang tidak waras”. Hasil pertandingan daerah mereka juga tidak “waras”. Sebutlah ketika mereka datang ke markas Jaguar Stunt. Dua quarter pertama tim Jaguar Stunt unggul 30 – 0. Namun, dua quarter terakhir tim The Kongo Alliance berbalik unggul 30 – 300. Seluruh pemain tim Jaguar Stunt menjadi gila, sampai ada yang bunuh diri dengan sendok plastik.
Benar-benar dahsyat akan efek dari kemenangan tim The Kongo Alliance!
Kembali pada strategi yang akan diterapkan oleh tim Shaggy. Mereka memutuskan untuk lanjut dengan strategi yang baru saja mereka sepakati. Dimulai dari bola tim Shaggy, Little Monkey menggiring bola menuju daerah lawan. Ketika baru saja melewati separuh lapangan, sekelebat bayangan yang bergerak cepat langsung menembus dirinya. Begitu dia menyadari bahwa bola yang tadi ada di tangannya, kini sudah dilepaskan sebagai tembakan oleh seekor pemain diluar area tiga angka (lagi) oleh pemain yang bergerak sangat cepat tadi sebelum Little Monkey sempat menoleh.
Masuk! Tiga angka tambahan untuk tim The Kongo Alliance.
Begitu Little Monkey menoleh, tahulah dia siapa pemain yang bergerak sangat cepat hingga selintas seperti bayangan itu.
Verselanio Kongo!
Little Monkey berdiri mematung dengan mulut menganga selebar kawah Krakatau. Dia tidak habis pikir, bagaimana bisa ada pemain yang memiliki kecepatan seperti itu. Bahkan, dia menjadi seperti pemain yang tidak memiliki pikiran setelah melihat langsung kehebatan para pemain tim The Kongo Alliance.
Terutama Verselanio Kongo.
Seluruh pemain tim Shaggy langsung mengalami galau akut. Mereka seperti merasa tidak punya harapan lagi. Sekeras apapun melawan, tetap saja siapa saja tahu pemenangnya. Tidak terkecuali tukang bubur ayam. Mengapa tukang bubur ayam? Agar tukang bubur ayam bisa sekalian promosi di dalam cerpen ini, ke ke ke......
Akhirnya mereka memutuskan untuk menggunakan strategi rahasia mereka. Sebenarnya mereka tidak ingin menggunakan strategi ini, namun keadaan tidak berjalan bagus bagi mereka. Mereka akan menggunakan strategi 4 Swords in The Field, di mana tim yang menggunakan strategi ini akan menurunkan lima shooting forward sekaligus tanpa menempatkan center sama sekali. Lima ekor pemain terbaik tim Shaggy akan bermain sebagai shooting forward semuanya. Tim The Kongo Alliance awalnya sedikit heran, namun bukan The Kongo Alliance namanya jika hanya terpukau oleh formasi “aneh” tim lawan terus-menerus. Apalagi mereka memiliki pemain sekelas Verselanio Kongo yang telah meraih gelar sebagai MVAP sebanyak 9 kali. Sebagai tim yang telah menjadikan juara sebagai “tradisi” mereka, menemukan strategi yang tepat untuk meredam permainan lawan dalam waktu singkat bukanlah hal yang sulit bagi mereka.
Bola digiring oleh pihak tim Shaggy. Menuju daerah lawan, mereka melakukan passing antar seluruh pemainnya. Saat Mr. Brownish langsung melempar bola, The Ape yang menjadi sasaran passing Mr. Brownish langsung menendang salto bolanya. Di luar dugaan, Verselanio langsung menangkap bola yang hampir masuk itu dengan sekali lompatan mundur!
Sekali lagi ya, LOMPATAN MUNDUR!!!
Memang, berlari dan melompat mundur itu adalah salah satu teknik dasar defense. Yang jadi persoalan, Verselanio melakukan lompatan mundur dari jarak separuh lapangan. Persis di mana The Ape melakukan tendangan saltonya. Ini sudah kesekian kalinya tim The Kongo Alliance menunjukkan skill dan mental juaranya lewat aksi lapangan yang mencengangkan, menghebohkan, mengharukan, menegangkan, mendebarkan, sekaligus tragis (yang terakhir untuk lawan mereka).
Tidak terasa empat quarter selesai dengan skor akhir 125 – 2 untuk kemenangan tim The Kongo Alliance. Para pemain tim The Kongo Alliance langsung menuju ruang ganti nyaris tanpa ekspresi. Begitu pula dengan para pendukungnya, tidak ada yang berekspresi berlebihan. Semuanya hanya mengucapkan apa yang diucapkan oleh Ustadz M. Nur Maulana saat mengisi acara di salah satu stasiun televisi swasta yang tidak perlu disebutkan namanya itu.
Alhamdulillaah......
Tim The Kongo Alliance membawa hadiah uang tunai 4,2 miliar DKB dalam bentuk uang logam, dan rencananya separuh dari hadiah itu akan disumbangkan untuk sekolah basket mereka, The Kongo Academy.
Semua yang ada di stadion Animalea Arena sudah pulang semuanya, kecuali tim Shaggy yang dari tekstur bulu kakinya saja sudah menunjukkan bahwa mereka masih tidak percaya akan kekalahan yang mereka derita. Mendadak semuanya menjadi galau, namun tentu saja bukan karena salah menggunakan operator selular.
Mereka kalah. Kalah telak.
Kasihan sekali mereka. Semoga mereka mau bertaubat kepada Sang Pencipta.
Amin.


******


PERINGATAN !
Membaca cerita ini dapat menyebabkan pusing, bingung, tidak habis pikir, nyaris tidak punya pikiran, namun tidak mengalami impotensi dan juga gangguan kehamilan. Yang paling penting, tidak menjadi gila alias masih waras. 


Deeto Kongo